BAB.11

934 Kata
Oke, mulai detik ini aku bersumpah bakal ngemusnahin si Alfa dari hidupku. Pasti. Pasti nggak jadi. Meskipun aku sudah bertekad seperti itu, kenyataannya aku sekarang sedang di kantin dengan Alfa. Kami sedang makan bakso berdua. Jadi ceritanya tadi pas bel istirahat bel berbunyi, aku sudah berniat untuk menolak ajakan Alfa. Namun, niat saja ternyata tidak cukup. Alfa senyum manis dan kepalaku langsung mengangguk secara otomatis saat dia mengajakku ke kantin. "Na, nggak pake sambal?" tanya Alfa sambil senyum. Aku hanya menganggukkan kepalaku, terpesona dengan senyumannya yang secerah matahari jam dua belas siang. "Berapa sendok?" tanya Alfa lagi. "Terserah," jawabku masih fokus sama si cowok BBF. Alfa senyum setelah menuangkan beberapa sendok sambal ke mangkok baksoku. "Makan gih!" suruhnya. Aku sekali lagi mengangguk lalu mulai makan. Prang. "Wadow, busyet!!" kataku kaget dan spontan melemparkan sendokku. Aku segera mengambil gelas es tehku, meneguknya habis. "Pedes, pedes, pedes!" keluhku. "Haha," Alfa ketawa. Aku terdiam, tertegun melihat Alfa. Wajah Alfa saat tertawa itu.. "Tampan," bisikku lirih. "Hah?" si Alfa langsung terdiam dan menatapku bingung. "Siapa yang tampan?" tanya Alfa penasaran. "Ah, nggak! Nggak! Maksudku, hm," aku salah tingkah. "Ciyee, terpesona sama aku ya?" tanya Alfa menggodaku. Aku hanya menggaruk kepalaku yang tidak gatal. "Bukan, yang tampan itu, hm," aku mulai berpikir keras untuk mencari-cari alasan. "Mas Angga!!!" kataku melanjutkan. "Heh? Aku kenapa?" Alfa dan aku otomatis menoleh ke sumber suara. Mas Angga sedang menatap kami bingung. "Aku kenapa, Na?" tanya mas Angga. Aku menganga, shock level dewa. "Anu, anu, mas," "Mas Angga tampan kata Ina," Celetukan itu membuatku menoleh. Alka is coming. "Hero!!"  kataku penuh haru. Alka senyum lalu duduk di sampingku. "Duduk sini, mas! Gabung!" kata Alka mengajak mas Angga bergabung bersama kami. Aku melirik mas Angga. Walau dia masih belum percaya dengan apa yang Alka katakan, kakak kelasku yang ganteng itu duduk. Jadilah kami duduk berempat. "Mas Angga pesan apa?" tanyaku basa-basi. "Mie ayam, kamu nggak liat dia lagi megang mangkok isi mie ayam?" sahut Alfa. "Aku nanya mas Angga, bukan kamu!" dengusku kesal. Alfa menjulurkan lidahnya untuk mengejekku. "Bodo!" katanya. Aku manyun. "Mie ayam, Ina! Ina pesan apa?" tanya mas Angga. Aku menoleh dan senyum. "Bakso, mas!" jawabku. "Kok nggak dimakan?" tanya mas Angga lagi. "Ini, nih mas! Alfa rese'! Masak ya bakso Ina dikasih sambal banyak banget! Kan pedes!" kataku mulai cerita dengan nada manja. Mas Angga senyum. "Ina nggak suka pedes?" tanya mas Angga. Aku mengangguk mengiyakan. "Iya, mas!" jawabku. "Kalau mie ayam, suka nggak?" tanya mas Angga. Aku mengangguk lagi. "Suka, mas!" kataku semangat. "Mau tukeran?" tanya mas Angga menawarkan. "Heh?" Mas Angga senyum. "Bakso Ina buat mas, mie ayam mas buat Ina. Gimana?" tanya mas Angga. "Baik banget!!" pujiku. "Alay," Aku menoleh pada si Alfa. "Apa kamu?" Alfa manyun. Si cowok BBF itu tiba-tiba ngambil mangkok baksoku dan menukarnya dengan miliknya. "Nih! Udah aku tukar! Ini nggak pedes!" kata si Alfa. "Heh? Tapi kan baksoku itu-," "Udah! Diem! Aku cowok, bisa nahan pedes!" kata si Alfa. Sepertinya dia sedang marah. Aku menoleh pada mas Angga. Sedikit merasa tidak enak juga. "Yah, udah dituker mas," kataku merasa sungkan. "Nggak apa-apa, lain kali mau beli mie ayam bareng?" "Huk, huk, huk,” Si Alfa batuk-batuk. Cowok BBF itu menepuk-nepuk dadanya pelan lalu meneguk es tehnya. "Kamu kenapa?" tanyaku sedikit cemas melihat Alfa tersedak. "Perih," jawab Alfa. "Apanya?" tanyaku. "Hatiku, Ina! Haha," si Alka nyeletuk. "Hah?" tanyaku bingung. "Alfa cemburu, tuh karena kamu diajak kencan mas Angga. Perih hatinya Na, perih!" ejek Alka. Alfa menyipitkan matanya. "Apa sih kamu nyamber aja, " kata Alfa sewot. "Nggak usah gengsi, kalau naksir bilang aja! Kalau Ina jadian sama mas Angga ntar kamu jantungan!" Alka menyerang lagi. "Aku nggak naksir Ina!" bantah Alfa tegas. "Masak sih?" tanya Alka tidak percaya. "Iya, dia yang naksir aku!" sanggah Alfa kepedean. "Beneran, Na?" tanya mas Angga. "Eh? Nggak! Dulu emang pernah suka sama si Alfa, mas tapi," "Tapi ditolak dan Ina udah move on!" lanjut Alka. "Owalah, pernah ditolak Alfa?" tanya mas Angga. Aku hanya tersenyum kecut, malu. "Kalau gitu, Alfa nggak naksir Ina dong?" tanya mas Angga lagi. "Iya, nggak naksir!" jawab Alfa tegas. "Kalau gitu, boleh Ina buat aku?" tanya mas Angga. Aku, Alka dan Alfa terkejut mendengar pernyataan mas Angga. "Hah?" "Boleh nggak?" tanya mas Angga lagi. Alfa menoleh ke arahku. Entah kenapa aku jadi sangat berharap dia bilang tidak. Setidaknya, meski tidak jadian, aku ingin Alfa mempertahankan aku di sisinya walau bukan sebagai pacar. "Terserah," jawab Alfa. Cowok BBF itu pergi meninggalkan kantin setelah menggantungkan jawabannya. Kalau jawabannya terserah, maksudnya  Alfa apa? "Na!" Aku menoleh. "Apa, mas?" "Kamu cewek yang setia kan?" tanya mas Angga sambil melihatku tajam Aku mengangguk. "Setianya kamu pada cowok yang kamu suka atau sama pacarmu?" tanya mas Angga. "Heh?" "Kalau pacaran bukannya berarti saling suka ya, mas?" tanyaku bingung. Mas Angga senyum. "Ya, terkadang ada sebuah hubungan pacaran tanpa rasa suka," kata mas Angga penuh misteri. "Emang kalau bukan suka, bisa karena perasaan apa sampai pacaran mas?" tanyaku mulai penasaran. "Kasihan," Aku terdiam. Guratan kesedihan lagi-lagi terlihat di wajah mas Angga. "Ada apa?" tanyaku. Mas Angga mengerutkan dahinya. "Maksudnya?" tanya mas Angga bingung. "Mas kok sedih?" tanyaku. Mas Angga senyum. "Nggak, kok!" elaknya. "Ka, aku ke kelas dulu ya! Mie ayamku buat kamu nih!" kata mas Angga lalu pergi. Aku pun menoleh pada Alka yang langsung mengambil mie ayam mas Angga dan menyantapnya dengan lahap. "Pelan-pelan, Ka!" kataku mengingatkan. Alka hanya mengangguk, tidak bisa menjawab karena mulutnya penuh dengan mie ayam. Kupandangi punggung mas Angga yang menjauh. Entah kenapa aku benar-benar merasa kalau mas Angga itu kesepiam dan juga... Menyimpan kesedihan. Masa lalunya kah? Entahlah. Aku  bukan dukun, jadi nggak tahu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN