Aku hanya tertunduk dengan isak tangis yang tak kunjung mereda, aku khawatir pada Alfa. Aku takut dia kenapa-kenapa. Pertemuannya dengan Renata akan menjadi suatu pukulan yang berat untuknya dan demi apapun, aku tidak mau kehilangan Alfa. "Nih!" kata kak Ali sambil mengulurkan tisu padaku. Aku menerima tisu pemberiannya lalu menghapus airmata dan juga sebagian ingus yang sudah berproduksi berlebihan di hidungku. Aku tidak peduli apapun tanggapan kak Ali. Aku tidak suka menahan sesuatu, termasuk ingus yang sudah penuh. "Na," panggilnya pelan. "Ya kak?" sahutku rada malas karena sejujurnya perkataan kak Ali itu selalu seenak jidat dan membuatku kesal. "Maaf," katanya singkat. Reflek kutolehkan kepalaku padanya, tidak menyangka dia akan meluncurkan satu kalimat yang begitu melegakan itu
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari


