Aku termenung di depan rumah bersama Gamma yang juga berdiri di sampingku. Adik Alfa itu entah mengapa tidak mau pulang meski sudah kusuruh. Penasaran, begitulah alasan yang dia berikan saat aku mengusirnya paksa dan dia tidak mau. Aku pun tidak bisa terus mengusirnya karena di depanku sudah terlihat rumahku sendiri. "Nggak masuk, Kak?" tanya Gamma. Aku menoleh ke arahnya dan kulihat dia sudah kejang-kejang dengan kaki goyang-goyang. "Kenapa, Gam?" tanyaku heran. "Kram, kak! Udah setengah jam ini, nggak mau masuk ya?" tanyanya sambil mencoba menggerak-gerakkan kakinya yang kesemutan. "Ah, iya. Lupa!" kataku ssmbari menepuk jidatku ringan. "Lupa apa takut?" sergah Gamma. "Dua-duanya," jawabku singkat. Kami pun masuk ke dalam rumah dan aku seketika menjadi begitu deg-deg.an saat kul

