79. LELAH MENUNGGU

1103 Kata

Anya melangkah tergesa-gesa saat menuruni anak tangga. Mengenakan seragam kerja, dan juga membawa tas yang cukup penuh dengan barang di dalamnya. Wajahnya nampak ceria, seperti Anya yang dulu dikenal oleh orang-orang. Menyapa ibunya semangat dan tidak lupa memberikan pelukan serta ciuman hangat. “Sarapan dulu, Nya.” “Aku buru-buru, Ma. Sarapan di kantor saja,” jawabnya. Agni menatap kepergian putrinya dengan wajah khawatir. Meski sikap Anya ceria, tapi entah kenapa merasa ada yang aneh dengan putrinya. Menduga ini ada hubungannya dengan Kin. “Kalau memang sudah nggak sanggup menjaga jarak, kenapa harus menyiksa diri, Sayang,” gumam Agni sedih. Anya sedang mengeluarkan mobilnya dari garasi rumah. Berangkat pagi dan selalu menyibukkan diri. Seperti sedang mencari pelarian entah dari hal

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN