Melihat Kin dan Anya diam menatap heran, membuat Vika tersenyum. Wanita itu berjalan mendekati Kin, dengan wajahnya yang ramah. Sangat kontras dengan apa yang terjadi kemarin. Bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Menebar senyum tanpa canggung. “Vika, kenapa datang sepagi ini?” tanya Kin lagi. Wanita itu menyerahkan paper bag dengan mama restoran cepat saji terkenal. “Aku bawa bubur untuk kamu sebagai sarapan, Mas,” jawabnya. “Penerbanganku nanti sore. Jadi sebelum balik ke Jakarta, aku mau lihat kondisi kamu.” “Terima kasih kamu sudah repot bawa bubur, tapi aku berencana sarapan di rumahnya Anya.” “Oh begitu,” gumam Vika sambil melihat Anya. “Mbak Vika mau ikut nggak? Mamaku masak bubur dan biasanya juga buat menu sarapan yang lain. Kalau Mbak mau, gabung saja,” ajak Anya. Tawaran