"Apa tidak ada syarat lain selain itu?" tanyanya masih menatapku. Sekarang pria itu berbaring miring menghadap ke arahku. "Ya, hanya itu. Saya ingin pernikahan normal pada umumnya. Bukan menikah siri atau semacamnya, bukan bahagia malah tersiksa." "Saya tahu maksud kamu. Tapi bisakah kamu menunggu saya, Alea?" "Maksud Anda?" Aku mengernyit heran. "Sebenarnya saya sedang berusaha menyelesaikan semua kekacauan ini. Satu persatu kelakuan Arumi dan Brata mulai terbongkar." Pak Devan menatap langit-langit. Beberapa kali ia menghembuskan nafas panjangnya. "Pak, jawab dengan jujur. Apa Anda mencintai Arumi?" tanyaku dengan nada hati-hati. "Pernah. Tapi sudah lama." "Pernah? Lalu sekarang? Apa masih?" Pak Devan tersenyum kecut, "Rasa cinta saya pada Arumi sudah dirusak oleh Arumi sendiri