52

1392 Kata

Ricard memasang satu persatu kancingnya. Cecil menangis di balik selimut. Matanya sembab karena menangis. Lehernya juga sakit karena lecet. Tak berhenti Cecil memeluk perutnya karena takut terjadi apa-apa dengan janinnya. Jika janinnya mati, ia harus ikut mati bersama janin yang di kandungnya. Mana sanggup ia membiarkan janin yang tak berdosa itu mati sendirian? Apalagi dibunuh ayahnya sendiri? "Kenapa tidak jadi membunuhku?" Tanya Cecil. Tatapannya sungguh dingin, namun air matanya tak berhenti keluar. "Belum, aku masih belum ingin membunuhmu." Balas Ricard. "Aku hamil, dia bisa jadi a..anak tuan Brandon." Bisik Cecil pelan. Meski ia yakin 100% bahwa anak yang dikandungnya adalah anak Ricard. Ia hanya harus menggertak Ricard. "Gugurkan anak itu." Balas Ricard tersenyum miring. "Tidak

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN