_____________________
Dia, perempuan pertama yang berhasil membuatku berdarah tanpa menggunakan senjata.
_____________________
"Ada apa ya pak?" Tanya mak cik yang sudah berjalan menuju ke arah pintu masuk.
"Kami di perintahkan boss Brandon untuk membawa nona Bianca nyonya."
"Loh, tapi Bianca sama saya memang mau kerumah pak Brandon sebentar lagi"
"Tidak perlu nyonya. Kami yang akan membawa nona Bianca" jelas pria berpakaian hitam tersebut. Bahkan wajahnya tampak menyeramkan.
"Tolong jangan mempersulit pekerjaan kami sehingga kami tidak menyakiti kalian"
Mendengar anak buah Brandon mengancam membuat Bianca menjadi takut jika mak cik, Rendy dan bahkan Aiden celaka. Buru buru Bianca menghampiri mereka.
"Apa pak Brandon yang menyuruh kalian?" Tanya Bianca.
"Iya nona. Silahkan masuk kedalam mobil"
"Bianca mak cik takut kamu kenapa napa. Mak cik sama Rendy ikutin kamu dari belakang ya." Bisik mak cik yang bisa di dengar pria berwajah tidak bersahabat tersebut.
"Tidak bisa nyonya. Kami akan tahu kalau kalian macam macam. Kami tidak sebodoh yang kalian fikir. Jangan bantah perintah boss Brandon jika tidak ingin mendapat imbasnya." Ancam salah satu anak buah Brandon.
"Mak cik Bianca gak papa. Mak cik sama kak Rendy jaga Aiden. Jangan bikin nyawa kalian terancam hanya karna Bianca. Kasian Aiden"
"Bi kamu yakin?" Tanya kak Rendy.
"Yakin kak. Toh aku juga udah pernah ketemu sama pak Brandon." Balasku berusaha tenang. Berbanding balik dengan perasaanku yang campur aduk.
"Bianca kalo ada apa apa telfon mak cik"
"Iya mak cik"
Bianca mengikuti langkah para anak buah Brandon. Saat sampai di mobil ia ragu ragu untuk masuk. Gadis itu melihat kearah makcik dan Rendy yang memperhatikannya dari jauh. Ia tersenyum kearah mereka mengatakan bahwa tidak akan terjadi apa apa.
"Silahkan masuk nona. Boss Brandon sudah menunggu anda di Mansion"
Bianca memasuki mobil. Saat pintu mobil tertutup, mobil tersebut langsung melaju. Sepanjang perjalanan ia sangat takut, tangannya meremas dress berwarna peach selutut tersebut. Ia juga menggigit bibir bawahnya berkali kali kebiasaannya saat ia gugup. Kakinya tidak bisa diam, matanya menatap luar jendela dan benar yang diucapkan mak cik. Mansion Brandon terletak di pelosok dan jauh dari pusat kota.
Setelah 20 menit mereka masih sampai di jalanan yang kanan dan kirinya hanya terdapat pohon pohon jati dan pinus yang ukurannya sangat besar. Apa mansion Brandon masih jauh? Pikirnya.
Bianca semakin gugup saat mobil yang dikawal depan dan belakang tersebut memasuki pekarangan luas. Tangan Bianca berkeringat dingin, wajahnya akan terlihat semakin pucat andai ia tidak memakai lip balm berasa strawberry tersebut. Berkali kali gadis itu membasahi bibirnya.
Saat mobil terparkir di pintu utama, pintu mobil terbuka. Dengan kaki gemetar Bianca turun. Seketika ia terpana melihat interior yang sangat mewah disana sini. Apa ini tempat tinggal pria mafia itu? Kenapa seperti istana kerajaan seperti ini? Pikirnya.
"Silahkan masuk nona. Boss sudah menunggu di ruang kerjanya"
Ia memasuki mansion mengikuti langkah anak buah Brandon. Ia terpana dengan keindahan mansion. Tangganya saja berwarna emas yang diukir indah. Apa sekaya itu seorang Brandon Calemous? Sehingga secara percuma cuma memberikan uang 20 juta untuk biaya pengobatannya? Pikir gadis itu masih berkelana membayangkan betapa kayanya Brandon Calemous. Belum lagi lampu lampu besar yang tergantung. Mansion yang bisa disebut sebagai gedung. Pilar pilarnya sangat tinggi.
Bianca mendapat tatapan tajam dari seorang wanita bule yang melipat tangannya bersandar pada sebuah pintu besar yang berada di lantai 2. Gadis itu menjadi kikuk dan memilih untuk menunduk. Ia merasa aneh ditatap tajam oleh wanita cantik, tinggi semapai dan bertubuh sexy. Siapa dia? Apa dia istri pak Brandon? Pikir gadis itu.
"Silahkan masuk, Mr.Calemous menunggumu" ujar wanita itu dengan ketusnya. Ia adalah Eveline salah satu dayang Brandon.
Pintu terbuka dan dengan ragu bianca memasuki ruang yang terdapat banyak buku disana. Bianca lagi lagi terpana. Barang barang di mansion sangat mewah, ia merasa tidak ada yang tidak mewah di dalam mansion itu. Bianca melihat Brandon dan seorang wanita yang tak kalah cantik dari wanita yang tadi menatapnya sinis. Kali ini wanita yang bergelanyut manja di pangkuang Brandon menatapnya dari atas kebawah berkali kali seolah menilai. Bianca merasa risih. Ia tahu dirinya tidak sebanding dengan kecantikan keduanya, tapi wanita itu tidak perlu memandang seperti itu diri Bianca. Pikirnya.
Jika ada dua wanita cantik berdarah bule berarti Brandon punya 2 istri? Bahkan Bianca tidak sadar jika Brandon sudah menatapnya lapar. Ia terlalu larut pada pikirannya mengenai kedua wanita cantik yang ada di mansion tersebut.
"So, she is Bianca Adina Mr?"
"Iya dia. Gadis yang berdiri di hadapan kita."
"Sejak kapan seleramu berubah Mr?" Tanya Cecilia mengejek dan bisa didengar jelas oleh sang empu yang tengah mereka bicarakan.
"Diamlah jalang, jangan mengkritikku. Kamu tahu aku benci itu Cecilia"
Bianca menjadi bingung sendiri, ia tidak mengerti apa yang di ucapkan wanita bule dengan baju kurang bahan mengenai dirinya. Menatap remeh dan memanggil Brandon dengan sebutan Mr. Bukankah mereka suami istri? Pikir Bianca. Dan apa ia tidak salah dengar jika Brandon mengatakan kata jalang.
"Pak Brandon. Saya kemari mau mengembalikan uang bapak. Ini ada 9 juta pak, dan sisanya saya akan bayar setelah uangnya terkumpul." Bianca mengambil uang yang ada di dalam tasnya. Kemudian menaruhnya di atas meja dengan hati hati. Ia merasa sangat gugup saat ini.
"Kamu tahu kenapa kamu saya panggil kesini?" Tanya Brandon masih tetap tenang duduk di kursi singgasananya. Ia tampak tidak perduli dengan uang yang Bianca taruh di atas mejanya.
"Saya memang berencana kemari untuk mengembalikan uang bapak. Dan saya kira bapak menjemput saya karna hal itu." Balas Bianca.
"Bagaimana keadaanmu?"
"Baik pak."
"Berarti kamu sudah siap. Baiklah kita lakukan malam ini saja"
"Maksud bapak apa ya pak? Saya cuma ingin mengatakan hal itu. Saya harus pulang pak." Mendengar itu Brandon tertawa sinis. Lucu sekali mendengar gadis polos ini tidak mengerti tujuan Brandon membawanya ke tempat itu.
"b***h tinggalkan kami berdua. Aku ingin bermain dengan gadis ini. Dia menarik."
"Jangan terlalu asyik Mr. Ingat dia hanya gadis miskin yang setelah hartanya kau ambil tidak akan menarik lagi." Bisik Cecilia.
"Aku tahu itu. Maka dari itu aku harus membuatnya tidak menarik lagi"
Bianca merasa takut. Ia tidak mau hanya di tinggal berdua dengan orang seperti Brandon. Pikirannya menjadi tidak pada tempatnya. Ia takut Brandon akan membunuhnya, menyiksanya seperti yang di lakukan Brandon pada anak pak RT.
"Kemari Bianca" suruh Brandon saat Cecilia sudah keluar dari ruangan. Bianca menggelengkan kepalanya. Gadis itu menunduk memainkan jarinya. Sepertinya akan ada hal buruk yang menimpanya. Hal itu yang ia pikirkan.
"Kemari atau aku bersikap kasar? Pilihlah salah satu" ujar Brandon memberi 2 pilihan untuk Bianca. Tentu saja Bianca memilih untuk mendekat kearah Brandon.
"Bapak gaakan bunuh saya kan pak? Pak saya mohon pak. Jangan siksa atau bunuh saya. Saya pasti bayar kok pak. Tapi beri saya waktu."
"Siapa yang mau bunuh kamu? Saya cuma penasaran sama rasa kamu." Ujar Brandon berdiri dari singgasananya dan mendekat kearah Bianca. Gadis itu bingung maksud dari rasa yang dikatakan brandon padanya.
"Bapak mau apa? Kalau dilihat sama istri bapak gaenak pak. Takut di sangka aneh aneh"
"Istri?"
"Iya istri bapak yang tadi sama yang di depan pintu"
"Saya gapunya istri. Itu p*****r saya."
Bianca membulatkan matanya tak percaya. Kenapa wanita cantik seperti mereka mau dijadikan p*****r? Pikir Bianca.
"Kamu memang gadis polos atau gadis bodoh sih Bianca?"
Bianca hanya diam tidak menjawab. Ia bingung harus menjawab apa. Ia terlalu bingung dengan apa yang terjadi. Pikiran Bianca yang melayang kesana kemari tiba tiba sadar saat Brandon merapatkan tubuh mereka. Bianca berusaha mendorong d**a pria mafia itu.
"Pak, bapak mau ngapain? Lepasin saya pak" ujar Bianca masih berusaha untuk lepas dari rengkuhan tangan kekar Brandon.
"Kamu cantik Bianca." bisik Brandon.
Dengan sekali gerakan Brandon menidurkan tubuh Bianca di atas meja kerja pria itu. Bianca sangat terkejut, posisi mereka saat ini sangat tidak pantas. Bianca yang berada di bawah kuasa Brandon dan posisi kakinya yang terbuka dengan tubuh Brandon berada diantaranya. Ia ketakutan. Apalagi Brandon menekan organ intim gadis itu dengan benda keras miliknya.
"Pak Brandon mau apa?"
"Masa kamu gangerti ngerti maksud saya Bianca? Kita s*x ya sayang. Sebagai hukuman kamu sudah berani ngusik pikiran saya berhari hari"
Mengerti maksud Brandon, Air matanya tiba tiba jatuh. gadis itu berusaha mendorong tubuh Brandon. Kepalanya menggeleng keras menolak, kakinya sudah menendang nendang tapi Brandon menahan pahanya sehingga menyulitkan aksi pemberontakannya.
"Pak Brandon lepasin saya! Saya gamau pak! Saya gamau hiks!"
"Nanti kamu juga mau." Balas Brandon tetap tenang.
"Jangan pak. Saya gamau. Saya mohon, saya bakal ngelakuin apa aja tapi jangan lakuin apa apa ke saya pak."
"Lucu banget. Emang kamu bisa kasih apa ke saya selain keperawanan kamu Bi?"
"Bapak jahat! Lepasin saya pak. Saya mohon hiks. Pak hiks"
Brandon membuka dasi dan kemeja putih yang di kenakannya. Bianca semakin menangis histeris di buatnya. Melihat tubuh laki laki yang terlanjang d**a untuk pertama kalinya membuat bianca bergetar. Saat Brandon hendak menaiki tubuh Bianca, gadis itu memukul mukul d**a Brandon dengan sekuat tenaga bahkan mencakar leher pria itu. Saat itulah Brandon gelap mata. Ia benci ada yang berani membuatnya berdarah.
Plak!!
"Kamu berani buat saya berdarah hah! Mau mati kamu?!" Bentak Brandon.
"Bapak yang salah! Bapak mau merkosa saya! Bunuh saya aja kalo gitu pak!" Teriak Bianca. Ia tidak perduli dengan rasa sakit di pipinya. Bahkan ia tidak perduli bibirnya mengeluarkan banyak darah karna robek.
"Kamu lebih milih mati dari pada ngelayani saya? Kamu mau nolak saya gitu? Miskin aja belagu kamu ya!"
"Saya lebih baik mati dari pada di lecehin sama bapak! Bapak itu gila! Saya gak buat salah apa apa! Saya mau mati aja! Bunuh saya aja! Hiks hiks"
"Apa kamu bilang? Gabuat salah? Terus kamu bikin saya marah dan ngerecoki urusan saya kamu bilang gak salah?!"
"Ya bapak aja yang kurang sabar hiks. Bapak temperamental! Bapak jahat! Bapak itu jahat banget! Padahal saya gak ngapa ngapain. Saya juga gak ngelaporin bapak ke polisi! Saya juga berusaha ngindar dari bapak sesuai yang bapak ngomong kesaya. Terus kenapa pak? Bapak mau merkosa saya cuman gara gara saya ganggu fikiran bapak? Ya salah bapak sendiri ngapain mikirin saya hiks. Lepasin saya pak hiks"
"Hebat kamu ya? Udah berani marah marah ke saya kamu?!"
"Bapak yang buat saya marah!"
Plak!!
Krekkk!!
Brandon menampar sekaligus merobek dress bagian atas Bianca. Lengkap sudah, rasa sakit hati dan fisik gadis itu saat dadanya yang tertutupi Bra terekspos di depan Brandon.
"Gadis b******k! Kamu gak pantes teriak ke saya! Bahkan buat marah kamu gak pantes! Kamu cuman gadis miskin rendahan! Dan tugas kamu itu buat saya puas!"
- To be continue -