Sudah aku duga, Brandon tidak mungkin berani datang sendiri. Dia membawa beberapa temannya yang rata-rata mereka menggunakan masker dan jaket hitam rapat. Melihat dari posturnya, mereka adalah orang-orang yang sama seperti yang menjebakku di bandung saat itu. “Dimana adek gue b******k!” Brandon berteriak marah ketika aku datang sendiri menemuinya. Senyum mencibirku tebit membuatnya langsung merubah mimik wajah. Dia merasa kesal, marah, jengkel, di remehkan dan perasaan-pearasan tidak mau kalah lainnya yang tergambar di wajahnya. “Udah gue ceburin ke kali.” Balasku sambil menyeringai. “Sialan Regarta! Lo udah buat adik gue yang lain gagal Operasi terus sekarang lo nyerang Anggun juga. Mau lo apa hah?” kesalnya. Aku menduga Brandon tidak pernah menganggap serius ancamanku sehingga dia sep