Beberapa hari setelah banyak sekali ahl yang aku lakukan, akhirnya aku membernikan diri untuk datang ke Rumah Sakit. Ayah tidak bohong karena penjagaan di ruangan Wendy sangat ketat. Tapi semua orang itu tentu saja mengenaliku sehingga aku bisa dengan mudah masuk ke dalam sini. Aku menghentikkan langkahku karena Daddy keluar dari ruangan tepat ketika aku sampai di depan pintu ruangan Wendy. Aku masih belum sempat berbicara dengannya setelah amukanku di Rumah Sakit kala itu. “Akhirnya kamu datang juga, Dad rasa Wendy sudah menunggu kamu datang dari kemarin-marin.” Ucap beliau sambil tersenyum. Aku tidak mengatakan apapun karena aku bingung bagaimana harus meresponku. Rasa bersalah karena tidak mampu melindungi Wendy masih begitu besar menguasai diriku. Selain karena kesibukanku melakukan