Tiba-tiba saja mobil yang kami naiki berhenti mendadak dan menabrak sisi jalan karena menghindari sebuah mobil yang menghadang kami. Untung saja sisi jalan adalah pepohonan sehingga benturan kami tidak terlalu parah. Kebetulan Gavin juga menyetir tidak terlalu kencang. “Brengs3k!” Baru kali ini aku mendengar Riko mengumpat. Biasanya dia adalah orang yang tenang dan sopan sekali. Kepala Gavin berdarah karena itu Riko kesal. Plipisku juga lumayan tergores. Mereka keluar dengan membawa senjata. Setelah itu kami juga keluar dengan tangan kosong. Setiap hari kami di bekali untuk menghadapi situasi semacam ini, karena itu kami sudah siap. Dari perawakan mereka, sepertinya aku tahu mereka siapa. Kami memang tadi sempat berhenti di pombensin untuk mengisi bahan bakar. Aku dan Gavin pergi ke to