Hari-hariku setelah tidak ada Prince terasa kembali seperti semula. Malam-malam yang sepi dan membosankan, tidak ada hal yang bisa di tunggu lagi yang sebelumnya selalu membuat aku bersemangat. Hidupku seperti terasa jauh lebih hampa karena sebelumnya sudah merasakan betapa indahnya di cintai dengan begitu menakjubkan. Lalu sekarang aku kehilangan semua itu. “Wendyyyy...” Suara cempreng Nela membuatku tersenyum. Kami berdua memang satu kelompok dalam sebuah tugas tapi kami sama-sama tidak punya waktu untuk bertemu. Karena itu aku menelponnya. “Bagian dua yang lo kirim tadi udah gue periksa, oke kok. Kita tinggal buat PPT doang.” Ucapku. Belakangan ini kami sedikit akrab karena banyak di libatkan dalam tugas-tugas kuliah. “Oke, gampang itu Wen.” Kekehnya. “Jadi siapa laki-laki itu?” tany