Malam itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Alya berdiri di balik tirai jendela, menatap pekarangan rumah yang diselimuti kabut tipis. Daun-daun bergoyang pelan diterpa angin, menciptakan suara berdesir yang anehnya terdengar seperti bisikan. Sudah tiga malam ia sulit tidur setiap kali menutup mata, perasaan tak nyaman itu datang lagi. Seolah ada mata lain yang memperhatikannya dari kejauhan. Adrian sudah tertidur di kamar. Bocah itu kini beranjak remaja, dan setiap malam Alya akan memastikan jendela kamarnya terkunci rapat. Tapi entah kenapa, malam ini ia kembali memeriksa dua kali, tiga kali sampai akhirnya Arga menegurnya lembut. “Alya, sudah. Tak ada apa-apa di luar,” katanya sambil memegang bahu istrinya itu. Alya menoleh, matanya sayu tapi penuh kecemasan. “Entah kenapa

