Bab 11

1000 Kata

Alya menunduk sepanjang pagi itu. Tangannya sibuk membereskan piring di meja makan, tapi pikirannya jauh melayang. Sejak malam sebelumnya, bayangan tatapan Nadira yang menusuk-nusuk masih terus mengganggu. Nadira tidak mengatakan apa-apa secara gamblang, tapi Alya bisa merasakan kalau iparnya itu mulai menyimpan sesuatu. Tatapannya terlalu lama, senyumnya terlalu tipis, dan caranya bertanya seolah menunggu jawaban yang salah. Alya menarik napas panjang, berusaha mengatur wajahnya tetap tenang. “Jangan tunjukkan apa-apa,” gumamnya lirih. “Kau hanya perlu terlihat biasa.” Tapi kata-kata itu tidak banyak menolong. Di dalam dadanya, rasa bersalah dan ketakutan terus menggerogoti. Apalagi hari itu, keluarga besar kembali berkumpul di rumah mertua. Nadira tentu ada di sana, bersama Arga. Dan A

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN