"Mamah masih belum bolehin kamu jenguk Lina?" Tanya Dedi pada Adit, disela mereka tengah makan siang bersama. "Belum." Jawab Adit lemah. Kedua matanya terasa perih dan sesekali Adit meregangkan tubuh untuk mengurangi rasa pegal akibat tidur di bangku tunggu Rumah sakit. "Mamah pasti gak akan membiarkanmu dengan mudah bertemu Lina." Adit mengangguk samar, mengiyakan ucapan Dedi. "Bukan Mamah namanya kalau gampang dibujuk." Balas Adit. Dedi hanya tersenyum samar. Sejujurnya ia merasa kasihan melihat Adit harus bolak balik antara Jakarta-Bandung untuk melihat kondisi Lina. Tapi, mengingat kesalahan yang sudah diperbuatnya, Dedi pun tidak bisa membantu banyak dan hanya bisa membantu mengurusi perusahaan saja. Untuk masalah rumah tangga, Dedi tidak mau ikut campur. "Bagaimana d