Sintia benar-benar menunggu Damar. Wanita itu memilih duduk di kursi depan televisi, untuk mengusir rasa jenuh yang dirasakannya. Di dalam kamar, Damar tidak benar-benar tidur, ia justru merasa tidak nyaman mengabaikan Sinta di luar sendirian. Bagaimanapun juga wanita itu pernah menjadi bagian dari hidupnya, ia tidak mungkin menyakiti Sintia meski Damar tidak memiliki keinginan untuk kembali rujuk. Usai membersihkan diri, Damar pun keluar untuk menghampiri Sintia. "Sudah istirahatnya?" Sintia langsung menoleh ke arah Damar dengan senyum merekah di bibirnya. Damar hanya menggumam pelan sebagai jawaban. "Mau makan? Aku belum pesan makanan, tapi kalau kamu lapar kita bisa beli sekarang atau makan di luar saja." "Gak usah. Aku gak lapar." Balas Damar. "Aku akan mengantarmu pulang," l