Part 84. Welcoming the Parrent

1979 Kata

“Iya Mas, ini lagi matiin komputer. Tunggu sebentar.” Naya masih menjepit ponsel di antara telinga dan bahu, sementara tangannya sibuk mematikan komputernya, serta merapikan mejanya—yang terlihat sudah seperti kapal yang baru saja terkena badai besar. Besok, ia sudah harus berangkat ke Lombok—sehingga semua pekerjaan harus sudah ia selesaikan hari ini. Ia tidak ingin membuat juniornya kebingungan ketika ditinggal olehnya. “Naka nih nggak mau diam. Lari-lari terus di lobi,” adu sang kakak. “Nggak apa-apa. Dia udah biasa aku ajak ke kantor juga. Biarin aja. Asal nggak ngerusakin barang aja,” sahut Naya santai. Saat kedatangan Ari ke rumah Naya terakhir kali, pria itu meminta Naka, dan Anik untuk tinggal di rumahnya—bersama kedua orang tua mereka yang akan datang ke Yogya malam ini. ***

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN