CASANDRA DAN ALISHA

1049 Kata
''Casandra Davika.'' Seorang gadis berusia sembilan belas tahun menatap gadis lainnya yang mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri padanya. Gadis itu bernama Alisha, menatap dalam diam lengan yang terulur di depannya. Setelah cukup lama diam, Alisha akhirnya menerima uluran tangan gadis seusianya itu. ''Alisha Giena... Wirattama.'' Casandra tersenyum lebar, menatap Alisha dengan mata menyipit. ''Salam kenal, Alisha. Semoga kita bisa akur ke depannya, yah.'' Melihat wajah tersenyum Casandra, Alisha tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Sebelum Alisha bisa menjawab, suara seorang wanita langsung menyelanya, ''Casandra pasti kecapekan. Jangan kamu ajak ngobrol dulu. Ayo Casandra sayang, Mamah antar kamu ke kamar buat istirahat.'' ''Iya, kamu pasti capek.'' Seorang pria setengah baya menimpali. ''Makasih, Mah, Pah. Sandra seneng bisa pulang ke rumah,'' ucap Casandra dengan senyum lembut. Wanita setengah baya itu menatap Casandra dengan tatapan haru, menggenggam telapak tangannya dengan erat. ''Ayo.'' Lalu mereka pergi melewati Alisha yang masih berdiri di ambang pintu begitu saja, seolah tiga orang itu tidak melihat keberadaannya. Alisha menatap punggung keluarga yang terdiri dari tiga orang itu dengan tatapan nanar, seolah sekarang dia menyadari bahwa benar-benar tidak ada lagi tempatnya di rumah ini. tiga bulan lalu, keluarga Wirattama dikejutkan oleh hasil tes DNA yang menunjukan Alisha Giena Wirattama, gadis yang berusia sembilan belas tahun ternyata bukan darah daging pasangan Wirattama. Kekacauan terjadi saat itu, ketika Sarah, ibu yang merawat Alisha dari bayi mengetahuinya, dia sedih, marah dan khawatir. Bagaimana Sarah tidak marah saat anak yang telah dia besarkan ternyata bukan anaknya, bagaimana dia tidak khawatir dengan keberadaan putri kandungnya yang entah di mana. Selama dua bulan penuh keluarga Wirattama mengerahkan berbagai koneksinya untuk membantu menemukan putri kandungnya, selama itu juga keluarga Wirattama, ayah, ibu atau pun kakak-kakaknya mulai mengasingkan Alisha. Dua bulan kemudian, mereka akhirnya berhasil menemukan putri kandung mereka, Casandra Davika, seorang artis cilik berusia sembilan belas tahun yang berasal dari keluarga petani. ''Non, kenapa berdiri di pintu?'' tanya salah satu asisten rumah tangga yang datang menghampirinya. Alisha akhirnya tersadar dari lamunannya. ''Enggak pa-pa.'' Setelah mengatakan itu Alisha buru-buru masuk ke dalam rumah. Dia berjalan dengan perlahan, melewati Sarah serta dua orang lainnya yang sedang duduk di atas sofa panjang. ''Eh, Alisha!'' panggil Sarah. Alisha menoleh pada Sarah dan menyahut, ''Iya, Ma?'' ''Malam ini kamu tidur di kamar tamu dulu, Casandra pindah ke kamar kamu!'' titah Sarah. Nyut, hati Alisha berdenyut dengan sakit, tidak menyangka bahkan kamar yang telah dia tempati selama sembilan belas tahun itu akan menjadi milik Casandra. ''Tapi baju-baju Alisha masih di kamar, Mah-'' ''Enggak usah, Mah.'' Casandra menyela ucapan Alisha. Gadis itu melanjutkan dengan nada sungkan pada Sarah, ''Biar Sandra aja yang tidur di kamar tamu. Itu, kan, kamar Alisha. Alisha juga pasti enggak mau kamarnya di tempati orang lain.'' Casandra melirik Alisha dengan senyum kecil ketika dia mengatakan itu. ''Kok gitu, Sayang? Kamar itu awalnya memang milik kamu dan kamu enggak pernah jadi orang lain. Kamu anak Mamah sama Papah.'' Sarah mengusap pipi putrinya dan dengan penuh rasa bersalah dia melanjutkan, ''Maafin Mamah karena Mamah lalai, kalau aja enggak ada kejadian seperti ini, kamu pasti enggak akan hidup sulit dan kerja di usia yang muda. Maafin Mamah.'' Telapak tangan Alisha terkepal, dia mencoba untuk menahan rasa sesak di hatinya. ''Baju-baju kamu nanti biar bibi yang pindahin. Yang penting sekarang kamu pindah dulu dari kamar itu!'' Kali ini sang Ayah, Renaldi yang menitah. ''Iya, Pah,'' balas Alisha dengan patuh. *** #putriasliwirattama #putriyangtertukar #casandraputriasliwirattama #casandraartiscilik Hastag-hastag semacam itu bertebaran di media sosial setelah viralnya kasus dua orang anak yang diketahui ternyata tertukar setelah sembilan belas tahun kemudian. Yang membuat jagad maya heboh adalah kasus itu bukan menimpa sembarang keluarga, melainkan keluarga Wirattama yang notabenenya adalah keluarga terkaya ke enam di indonesia. Apalagi putri asli keluarga itu ternyata adalah Casandra Davika, seorang gadis berusia sembilan belas tahun, merupakan aktris yang cukup terkenal di ibu kota. ''Rumornya sudah menyebar luas, Pak, anda ingin menanganinya?'' tanya David yang merupakan seorang sekretaris pribadi dari pria berusia dua puluh tiga tahun yang kini sedang berdiri di depan tembok kaca, menatap ke luar di mana pemandangan malam ibu kota terlihat. Pria itu meletakan kedua telapak tangannya pada saku celana, mata Phoenix nya menyipit, menatap mobil-mobil yang terlihat sekecil semut dari tempatnya berada. ''Tidak perlu,'' jawab pria itu dengan acuh. ''Tapi Pak, pertunangan anda dengan nona Alisha-'' ''Pak tua itu pasti juga sudah melihat berita, dia akan segera menghubungi keluarga Wirattama,'' potongnya, masih dengan nada bicara yang acuh. David mengangguk, berpikir bahwa nona Alisha sangat sial. Pertunangan gadis itu dengan bosnya pasti akan segera di batalkan karena tidak mungkin keluarga Bhupendra rela menikahkan calon penerus mereka dengan seorang gadis yang asal-usulnya tidak di kenal. ''Kalau begitu saya permisi.'' David membungkuk pada bosnya dengan sopan, lalu melenggang pergi meninggalkan ruangan. Setelah kepergian David, pria yang sedari tadi hanya menatap jalanan itu akhirnya berbalik. Rambut hitamnya yang sedikit ikal, alis mata tebal, mata phonex yang tajam serta jembatan hidung tinggi, Bimantara Bhupendra, salah satu calon pemimpin terkuat keluarga Bhupendra, benar-benar memiliki wajah yang rupawan. Tubuh tinggi dan tegapnya seolah memancarkan aura mulia yang tidak bisa dimiliki sembarang orang. Bima berjalan dan duduk pada kursi kerjanya, membolak-balik dokumen yang harus dia periksa malam ini juga. Di luar sudah sangat larut, namun pria tampan itu seolah tidak berniat beristirahat dan menyudahi pekerjaannya sama sekali. Telepon genggamnya yang tergeletak di atas meja berkali-kali berdering, namun Bima menghiraukan, dia sudah menebak siapa dan apa tujuan mereka menghubunginya. *** Di kamar tamu keluarga Wirattama, Alisha dengan putus asa menghubungi seseorang di seberang telepon. Wanita itu duduk di tepi tempat tidur dengan kepala tertunduk. Ketika dia tidak mendapatkan jawaban apa pun dari seseorang di seberang sana, Alisha dengan marah dan kesal melemparkan teleponnya ke lantai. Dia menangis tanpa suara di kamar tamu yang dingin. ''Huhuhu, kenapa? Kenapa!'' Alisha merasa seolah hidupnya selama sembilan belas tahun ini hanya permainan tuhan, hatinya sangat sakit dan sesak, seperti kesemek yang dicengkram dengan erat oleh sebuah tangan, sangat erat hingga kesemek itu hancur tanpa sisa. Selama sembilan belas tahun ini, Alisha merasa hidupnya sangat sempurna, Dia punya orang tua yang kaya, kakak-kakaknya yang memperlakukan dia dengan baik dan tunangan yang mencintainya. Meski pun orang tuanya selalu sibuk, tetapi Alisha tidak pernah kekurangan apa pun. Tapi semuanya hancur saat dia tahu ternyata itu semua bukan miliknya, bahkan pria yang telah menjadi tunangannya selama sembilan belas tahun itu. Bagaimana Alisha menerima kenyataan yang begitu kejam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN