PEMBATALAN PERJODOHAN

1013 Kata
Bimantara Bhupendra, sebagai salah satu calon pemimpin keluarga Bhupendra selanjutnya, tentu saja harus mendapatkan wanita yang pantas untuk menjadi istrinya kelak. Dan wanita yang pantas itu awalnya adalah Alisha, sebagai anak bungsu dari keluarga Wirattama, satu-satunya keluarga yang mampu menyaingi Bhupendra di ibukota. Akan tetapi setelah skandal keluarga Wirattama tentang putri mereka yang ternyata tertukar. Alisha tidak lagi layak. Pertemuan keluarga untuk membahas tentang pembatalan pertunangan Alisha dan Bimantara diadakan dua hari setelahnya. Kecuali Alisha dan dua anak laki-laki Wirattama yang sedang berada di luar negeri, Sarah, Anton dan Casandra datang ke pertemuan keluarga yang diadakan di sebuah restoran bintang lima. ''Tante suka banget liat iklan kamu di tv, ternyata aslinya lebih cantik lagi,'' puji Puspita, ibu tiri Bima yang ikut datang ke pertemuan dua keluarga. Casandra tersenyum malu. ''Makasih, Tante,'' ucap gadis itu. Sarah juga ikut tersenyum mendengar Puspita memuji putrinya. Mereka duduk di kursi yang mengelilingi sebuah meja panjang. ''Pak Anton, Bu Sarah, kami sekeluarga turut prihatin dengan kejadian yang menimpa keluarga kalian,'' ujar ayah Bima yang bernama Alvan. Anton tampak menghela nafas dengan berat. ''Terimakasih, Pak. Meski terlambat sembilan belas tahun, kami beruntung akhirnya menemukan Casandra.'' Ke dua keluarga itu mengobrol dengan gembira, suasana terlihat mengalir dengan sangat natural, Casandra beberapa kali melirik pria yang duduk di seberangnya. Pria itu terlihat sangat tampan, dengan mata Phoenix dan jembatan hidung tinggi, membuat siapa pun yang melihatnya akan langsung terpesona. Jantung Casandra berdebar dengan kencang, dia merasa beruntung karena sebentar lagi dialah yang akan menjadi pendamping Bimantara, bukan lagi Alisha. "Kamu punya pendapat, Bima?" tanya Ayah Bima pada putranya ketika mereka selesai membicarakan tentang pembatalan pertunangan pria itu dengan Alisha. "Tidak," jawab Bima dengan acuh, wajahnya menunjukan ketidakpedulian, tetapi sama sekali tidak menunjukan penolakan. Ke dua keluarga itu senang, mereka semua dengan senang hati mengobrol dan makan bersama setelah selesai membicarakan masalah ini. Sarah sedari tadi memperhatikan putrinya yang sesekali melirik Bimantara dengan tatapan kekaguman. Wanita itu lalu memberi saran pada Bima, "Nak Bima, gimana kalau Nak Bima ajak Casandra keliling? Sekalian kalian perkenalan juga." "Iya, Bim, ini, kan, pertama kalinya kalian bertemu secara resmi." Ayah Bima setuju dengan usulan Sarah. Bima menganggukkan kepalanya, lalu berdiri dari kursi. Casandra juga ikut berdiri dengan malu-malu, apalagi saat Bima mengulurkan tangan, membuat isyarat agar Casandra memegang tangannya. "Kalau begitu kami pergi," pamit Bima pada yang lain. *** "Mas Bima beneran enggak masalah tunangan Mas dan Alisha dibatalkan?" tanya Casandra ketika keduanya sedang berjalan melewati sebuah jembatan yang dibuat khusus oleh pihak restoran. Bima melirik Casandra, menjawab tanpa mengubah wajah, "Tidak." Casandra mengangguk-anggukan kepalanya, jantungnya masih berdetak sangat cepat. "Alisha... dia sebenernya baik, tapi mungkin karena belum nerima semua yang terjadi, dia sering banget melampiaskan semuanya sama aku." Langkah kaki Bima terhenti secara tiba-tiba, pria itu melirik Casandra dengan singkat. "Dia juga pasti marah kalau tau pertunangannya sama Mas Bima dibatalkan," lanjut Casandra. "Dia enggak tau?" tanya Bima secara tiba-tiba. Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan pelan. Tatapan mata Bima tampak menerawang, tetapi raut wajahnya masih acuh. "Ayo lanjut jalan!" Ketika melanjutkan langkah kaki mereka, Casandra kembali bercerita, "Orang tua yang mengasuh aku baik banget, tapi karena kita miskin jadi aku harus kerja dua kali lipat dari anak-anak lain. Waktu aku SMA, mereka meninggal karena kecelakaan. aku memutuskan buat merantau dan akhirnya bisa berada di titik ini. Enggak kayak Alisha yang dari kecil hidupnya terjamin dan enak." Gadis itu menunduk, mencoba untuk menyembunyikan senyum lembutnya. Bimantara tidak mengatakan apa pun dari awal hingga akhir, yang dia lakukan hanyalah mendengarkan. *** Hoek Hoek Alisha menyeka bibirnya dengan handuk kecil yang di basahi, gadis berusia sembilan belas tahun itu memegangi perutnya yang terasa mual, namun tidak ada apa pun yang bisa dia muntahkan. Alisha bersandar pada tembok kamar mandi, merasa lelah setelah beberapa jam bolak-balik kamar mandi hanya untuk muntah. Memejamkan mata, Alisha tiba-tiba mendengar ketukan di pintu kamarnya. Dia membuka mata, berjalan pergi membuka pintu kamar. "Ada apa?" tanya Alisha ketika melihat asisten rumah tangga keluarganya berdiri di depan pintu kamar. "Nyonya dan tuan menyuruh Non Alisha turun ke bawah sekarang," jawab asisten rumah tangga itu. "Mereka udah pulang?" tanya Alisha lagi. Wanita parubaya itu mengangguk. Alisha terdiam, lalu berkata, "Nanti aku turun." Setelah mengatakan itu Alisha kembali ke dalam, dia memperbaiki penampilannya yang sedikit acak-acakan. Selesai membersihkan diri, Alisha turun ke lantai bawah. Di sana dia melihat ayah dan ibunya sedang duduk di sofa dengan pakaian yang belum di ganti. Alisha turun melewati anak tangga, tatapannya secara tidak sengaja berpapasan dengan Casandra yang akan naik. Entah hanya perasaannya atau bukan, Alisha merasa Casandra yang tersenyum padanya merupakan senyum penuh ejekan. "Mah, Pah," sapa Alisha, menghiraukan Casandra. "Alisha, ayo duduk!" titah Sarah padanya. Alisha mengangguk, dia duduk di seberang Saran dan Anton. "Mamah mau ngomong sama kamu, Al," ujar Sarah dengan nada serius. "Ngomong apa, Mah?" tanya Alisha masih dengan senyuman. "Pertunangan kamu dan Bima telah di batalkan, keluarga Bhupendra ingin Casandra yang menjadi menantu mereka." Senyum di bibir Alisha menghilang ketika mendengar ucapan Sarah. Gadis itu menatap Sarah dengan ekspresi tidak percaya. "Kenapa? Bukannya dari awal aku tunangan Mas Bima?!" "Setelah Bhupendra tau kalau kamu bukan anak kami, mereka minta membatalkan pertunangan. Mamah sama Papah juga enggak bisa menolak, Al." Sarah menatap Alisha dengan tatapan kasihan, walau pun dia bukan yang melahirkan anak itu, tetapi dialah yang membesarkannya selama sembilan belas tahun, Sarah masih memiliki sedikit kasih sayang yang tersisa untuk Alisha. "Sudah di putuskan bahwa Casandra akan bertunangan dengan Bima, dua bulan lagi pertunangan mereka akan di selenggarakan. Keluarga Wirattama sudah membesarkan kamu selama delapan belas tahun, walau pun kamu ternyata bukan anak kami, tapi kami masih mau membiayai pendidikan kamu, Al. Tolong jangan buat keributan di acara Casandra dan Bima nanti." Telapak tangan Alisha mengepal dengan erat, tidak percaya bahwa suatu hari semua yang tadinya miliknya sekarang berubah menjadi milik Casandra, bahkan tunangannya. "Mas Bima enggak mungkin setuju," ujar Alisha, dia mencoba menahan air matanya. "Bimantara setuju, dia dan Casandra sudah saling kenal dan mengobrol," balas Sarah. Sesak mendera d**a Alisha, rasa sakit segera menyebar hingga ke ulu hatinya. Alisha menggigit bibir bawahnya hingga memerah, mencoba untuk tidak mengeluarkan isak tangis pada saat itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN