Dua bab berikut mengandung adegan dewasa yang digambarkan secara eksplisit. Untuk yang nggak suka, bisa skip aja ya. ‘Eneng,’ Panggilan itu lagi. Lyora memejamkan matanya sejenak, meresapi perasaan senang yang memenuhi hatinya saat suara lembut Wira menyapa pendengarannya. ‘Ya Allah, betapa aku sangat merindukan panggilan itu. Kenapa bukan Mas Wira saja yang menjadi pahlawan kecilku?’ Kerinduan itu begitu kuat, hingga terasa menyakitkan. Lyora berkali-kali membantah dalam hati kenyataan kalau Fabian adalah pahlawan kecilnya. Betapa dia sangat menginginkan kalau itu bukan dia. Karena Fabian telah menodai keindahan kenangan masa kecilnya. Lyora tidak mau mengingatnya lagi. Mereka masih di ruang kerja dan Lyora masih duduk di pangkuan suaminya yang memeluk erat pinggangnya. Malam ini,

