Lyora menyandarkan kepala ke kursinya, lalu memejamkan mata perlahan. Deru mesin pesawat yang monoton dan suara pengumuman kabin telah berganti menjadi alunan musik instrumental lembut yang mengalir dari headset di sandaran kursinya. Ia menarik napas dalam, mencoba meredakan rasa canggung yang masih tersisa di d**a. Entah kenapa, keberadaan Wira di sampingnya terasa seperti sesuatu yang begitu dekat… namun belum sepenuhnya ia pahami. Matanya terbuka saat pramugari datang kembali, membawa nampan kecil berisi dua cangkir teh hangat dengan uap tipis yang mengepul samar, serta piring kecil berisi pilihan camilan eksklusif—kacang mente panggang, biskuit cokelat premium, dan satu potong kecil cake dengan selai dan topping stroberi. “Silakan, Pak, Bu. Ini teh hijaunya, dan beberapa pilihan c