“Memang pihak maskapai nggak hubungin?” Lyora menatap Wira, merasa tidak enak. Masak sampe lupa kalau akan berangkat ke London pagi ini? Tapi dia sendiri memang lupa. “Ponselku aku matikan sejak tadi malam, setelah Calista telepon,” ‘Oh, pantas aja,’ Wira melihat Lyora mengernyit. “Nggak apa-apa, sayang. Malah asyik, bisa lebih lama menikmati keindahan kota Busan,” ujarnya sambil merangkul bahu Lyora. Senyuman lebar merekah di wajahnya, diikuti oleh tawa kecil yang menular. Lyora ikut tertawa, merasa lega sekaligus geli. Pagi yang sempat terasa cemas berubah menjadi ringan dan penuh tawa. “Busan masih ingin merayakan cinta kita,” lanjut Wira, kali ini sambil memeluk Lyora lebih erat. “Mungkin tempat-tempat romantisnya belum rela kita pergi… atau mungkin ranjang ini belum mau diting