Langit London masih gelap ketika pintu kedatangan internasional perlahan terbuka. Baru jam 05.05 waktu London. Udara musim semi yang lembap dan dingin menyambut Wira dan Lyora begitu mereka melangkah keluar dari area imigrasi. Suasana bandara masih lengang. Lampu-lampu kuning yang temaram menciptakan bayangan panjang di lantai marmer yang mengkilap. Lyora menggandeng tangan Wira erat-erat, matanya mengerjap menahan kantuk dan lelah. Ia sudah tidak tahu berapa lama mereka berada di pesawat, ditambah transit dan perbedaan waktu yang membuat tubuhnya terasa ringan seperti kapas. Namun saat langkahnya membawa mereka ke area kedatangan, matanya mulai mencari. Dan di sana—dalam balutan mantel panjang berwarna abu-abu, Harun Laksana, ayah Wira, berdiri tegap dengan senyum hangat dan penuh wib