Melisa menoleh cepat. Wajahnya pucat begitu melihat siapa yang menahannya. Sopir pribadi Arwan berdiri di belakangnya, masih mencengkeram pergelangan tangannya. “Ayo, Non. Jangan bikin Tuan lebih marah lagi.” ‘Apa? Marah?’ dahi Melisa berkerut, dalam hati berpikir apa yang sudah dia lakukan hingga pria itu marah? Lalu seketika bulu kuduknya berdiri, teringat bahwa dia tidak menghubungi Arwan lagi setelah selesai dengan rekan bisnis pria itu. Dia pasti marah besar melihat dia pergi ke sini dan berbicara dengan Farlan. Pria itu sudah memberi peringatan sebelumnya, dan dia melanggarnya. “Tolong biarkan aku pergi…” suara Melisa tercekat. ‘Aku harus memberi wanita itu pelajaran,’ Ia berusaha menarik lengannya, tapi genggaman pria itu terlalu kuat. “Jangan bertindak bodoh di tempat ini,

