Melisa berbicara dengan suara pecah, parau, penuh kepanikan. “Pak… aku… aku dapat surat pemberhentian. Mereka pecat aku! Mereka tuduh aku suap, tuduh aku melanggar aturan terbang. Semua tercatat! Aku nggak bisa terima ini. Pak, tolong aku… selamatkan aku, seperti dulu!” Hening sebentar. Lalu terdengar dengusan pendek, diikuti tawa pelan yang membuat bulu kuduk Melisa meremang. “Aduh, sayangku…” suara pria itu terdengar lembut tapi menusuk, “kalau masalah segede ini, tentu butuh biaya yang lebih gede juga. Kamu tahu kan, tidak ada yang gratis di dunia ini?” Melisa terdiam. Ia tahu maksud lelaki itu. Napasnya tercekat, dadanya naik turun cepat. “Pak… tolong… aku sudah nggak punya siapa-siapa lagi yang bisa aku andalkan. Apa pun… apa pun yang kamu mau, aku kasih…” Tawa pria itu kembali

