Udara malam Busan terasa lebih dingin ketika mereka kembali ke hotel. Langit mulai berawan, menyisakan sedikit saja warna oranye tua di ufuk barat. Di dalam taksi, Lyora menyandarkan kepala di jendela. Lampu-lampu jalan yang bergantian melewati pandangannya membuat bayangan di wajahnya bergeser-geser. Wira duduk di samping, sesekali mencuri pandang, namun diam. Sejak beberapa jam lalu, ada yang berubah. Wira masih tertawa, masih ramah, bahkan masih menggoda ringan saat mereka menyantap bulgogi di restoran tadi. Tapi bagi Lyora, kehangatan itu seperti pakaian musim dingin yang dipakai hanya karena kewajiban. Hangat, ya, tapi terasa tak sepenuhnya tulus. Atau mungkin itu hanya perasaannya saja? Tapi tetap saja… rasanya ada jarak yang perlahan mengendap di antara mereka. Begitu pintu suit