Wira menggeleng cepat. “Bukan ragu, Pak. Hanya ingin memastikan saya bisa menjalankan tanggung jawab itu tanpa melukai siapapun. Saya tahu ini bukan hanya soal perasaan pribadi, tapi juga menyangkut keluarga dan nama baik.” “Jawaban yang bagus,” komentar Hans datar, tapi mulutnya membentuk senyum kecil. Ridwan tersenyum puas. “Kamu akan mendapatkan jawabannya nanti. Kita akan mulai dengan makan malam keluarga sebentar malam. Aku ingin kau bertemu dengan Lyora secara resmi.” Wira mengangguk. “Saya siap, Pak.” Elang bersandar, menghela napas panjang. “Ya ampun, perasaan baru kemarin kita ketemu dia di Bali sebagai sopir hotel. Sekarang... dia bakal jadi bagian dari keluarga?” Ridwan menatap Elang dengan pandangan setengah geli. “Itu pelajaran buatmu, Elang. Jangan pernah menilai seseora