Sore sudah berganti malam. Jenia berdiri di depan cermin kamar tamu, memeriksa penampilannya. Dress biru lembut membingkai tubuhnya dengan sederhana namun elegan. Rambutnya ia biarkan tergerai, sedikit bergelombang di ujung, dan wajahnya hanya diberi sentuhan riasan tipis. Lyora mengetuk pintu dan masuk, tersenyum lebar. “Kamu kelihatan cantik banget, Jen. Farlan pasti bakal kaget lihat kamu.” Jenia tersenyum malu. “Mudah-mudahan kagetnya karena senang, bukan karena tiba-tiba aku nongol.” “Percaya deh, dia bakal senang melihat kekasih hatinya datang tiba-tiba. Apalagi kalau dia tahu kamu rela capek-capek masak buat dia,” kata Lyora sambil merapikan sedikit rambut di pundak kakaknya. Jenia mengangguk, menyelesaikan persiapannya dan berjalan keluar kamar bersama Lyora. “Semoga aja dia

