ZIA POV “Zi?” Aku mengalihkan potongan pir yang sedang aku kunyah ke pipi kanan hingga menggembung. Rain yang tengah mengupas kulit buah tersebut otomatis tersenyum. “Ya, Mi?” sahutku atas panggilan Mami. “Bee, itu kamu ngupas, daging buahnya kebawa tebal banget tau.” Aku lanjut complain ke suamiku. Kuambil kulit yang sudah terkelupas tersebut dan kusodorkan ke mulutnya. Ia pasrah saja, mengunyah dengan santai. Aku sih memang yang rewel kalau makan pir dan apel kulitnya harus disingkirkan. “Sudah aja, bee. Tuh infus kamu berdarah lagi, ngga bener posisi tangannya.” “Masih kepingin ngga?” Aku mendengus. Padahal tadi Teteh Reina sudah siap mengupas, malah dia yang sedang diinfus ngotot mengambil alih. “Nanti lagi aja. Tunggu infus kamu habis dulu,” tanggapku. “Sana, bee. Mami nungguin