“Bram Rustam, 50 tahun, trauma d**a akibat kecelakaan lalu lintas, hasil CT scan menunjukkan adanya hemopneumothorax yang memerlukan tindakan torakotomi. Kita mulai,” ujar gue, membuka kata. "Scalpel.” Suara monitor detak jantung terdengar berirama di ruangan yang penuh dengan peralatan medis ini. Lampu operasi menyoroti tubuh pasien yang terbaring di meja operasi. Lagi, gue yang memegang pisau bedah. Well, gue harap, tindakan berikutnya posisi gue di sini bukan lagi sebagai PPDS tingkat akhir dengan supervisi. Namun, resmi sebagai Dokter Spesialis Bedah Toraks dan Kardiovaskular. Anyway, kali ini yang mengawasi gue langsung adalah dr. M. Ari Radiansyah, Sp.BTKV, bokap gue sendiri. “Katakan semua langkah yang Anda lakukan, dr. Rain,” ujar Papi. Gue mengangguk. Bilah pisau gue letakkan