Kami yang mendengar amarah Rain sontak tertegun. Bukan hanya Tante Dini, Mami dan aku. Namun beberapa orang di sekitar kami. Setidaknya alunan musik membuat situasi tak terlalu naas untuk istri salah satu komisaris Purwadinata Grup. Sebenarnya, Mami sudah mengingatkan soal perempuan yang matanya mulai berkaca-kaca ini. Namun, hanya padaku. Bukan ke Rain. Lututku rasanya melemah, padahal Rain yang mengamuk. Kulihat Papi pamit ke Mr. Weren. Beliau bangun dari duduknya, melangkah mendekati kami. Pun seorang pria yang kuduga adalah suami dari Tante Dini. “Sekali lagi saya dengar Tante berani mengomentari hidup saya dan keluarga saya, suami Tante yang saya pecat karena tidak bisa mendidik istrinya!” tegas Rain lagi. Benar ternyata. Pria yang melangkah di belakang Papi sontak membeku. “Aa,”