Tiga bulan kemudian. “Kamu ngapain, bear?” Posisinya begini … istri gue lagi di depan standing mirror yang letaknya tepat di salah satu pojokan kamar kami, sehelai dress berwarna putih tulang nyaris melekat di tubuhnya. Betul, nyaris! Karena saat ini kepalanya mendongak ke langit-langit, kedua tangannya ke balik punggung menggenggam resleting. “Malah nanya sih!” rajuknya. “Rambut aku nyangkut. Sakiiit!” Gue yang cuma pakai handuk gegas mendekatinya. “Sebentar, bear,” ujar gue kemudian merendahkan posisi agar bisa jelas melihat apa yang terjadi. “Kusut, sayang. Digunting aja ya?” “Yaaah, jangan.” “Dikit aja.” “Coba ditarik dulu, bee.” Gue menarik foot stool, duduk di atasnya, lalu fokus berusaha mengurai surai Zia yang terperangkap. Beneran kusut, terkuwel-kuwel tanpa bentuk. Mana Z