Nessa berusaha sedikit interaksi dengan Tristan, mengingat perkataan Tristan waktu itu. Ia lebih menyibukkan diri untuk mengetahui penyebab beban fikiran Bu Nadin yang membuat ia sering kepikiran dan terkena serangan jantung.
Setiap pagi dan sore ia mengajak Bu Nadin berjalan keliling halaman belakang, selama seminggu keadaan bu Nadin semakin membaik bahkan tanpa ada serangan jantung ringan seperti biasanya. Esok paginya tepat hari Minggu, Nessa bangun pagi seperti biasanya. Jadwal rutinnya adalah mengecek keadaan Bu Nadin di pagi hari.
Saat ia membuka pintu kamar Bu Nadin, Nessa terkejut karena mendapati ranjang kosong. Ia akan berbalik tetapi pintu kamar mandi terbuka dan Bu Nadin keluar, yang membuat Nessa heran adalah Bu Nadin memakai outfit untuk jogging.
"Bu Nadin mau kemana?" Tanya Nessa heran
" Dokter Vanessa, kita jogging yuk." ajak Bu Nadin
"Bu Nadin yakin?, Tapi keadaan Bu Nadin?"
"Minimal kita jalan aja deh walau nggak jogging, di dekat sini ada taman yang biasanya ramai kalau hari Minggu dok. Itu kata para pembantu yang biasanya kesana."
"Ya udah kita jalan aja yang bu, saya nggak mau ambil resiko Bu Nadin terkena serangan jantung nanti."
Nessa kembali ke kamar yang di tempatinya untuk berganti pakaian dengan outfit jogging, ia memilih celana pendek warna khaki dan kaos lengan panjang warna abu abu juga sepatu kets warna putih. Ia keluar dan Bu Nadin sudah menunggu di depan pintu kamar Nessa. Mereka pun berangkat menuju taman kompleks, setelah sampai mereka memilih duduk di rumput taman yang hijau.
"Ibu lelah?"
"Baru kali ini ibu merasa sangat sangat sehat dok."
"Sebenarnya tujuan ibu mengajak dokter keluar bukan untuk jalan jalan tapi ada sesuatu yang ingin saya bicarakan."
Nessa yang sedang memperhatikan lalu lalang orang menoleh ke Bu Nadin.
"Tentang apa Bu?"
"Tentang sesuatu yang selalu saya fikirkan yang membuat saya sering mendapat serangan jantung."
"Baiklah, saya dengarkan Bu."
"Sebenarnya saya ini tertekan karena memikirkan anak saya Tristan."
"Pak Tristan, bukankah pak Tristan dalam keadaan baik baik saja?"
"Benar tapi bukan itu masalahnya dok, usia Tristan sudah kepala 3 tapi dia belum berniat menikah, setiap saya singgung soal ini dia selalu berkelit belum ingin menikah."
"Mungkin memang pak Tristan belum ingin menikah bu."
"Sebenarnya bukan masalah belum ingin tapi karena dia memiliki trauma dengan hubungan dok."
"Trauma dengan hubungan?? Kenapa?"
"Dulu sebelum anak saya itu sukses seperti sekarang ini dia pernah memiliki hubungan dengan seorang wanita, Vira namanya. Saat itu Tristan sedang merintis usahanya dan masih jatuh bangun, ia ingin Vira mendampinginya hingga sukses tapi apa daya Vira tak bisa menunggu kesusksesan datang pada Tristan, ia selingkuh dengan rekan kerja Tristan yang lebih sukses dan kaya. Hal itu membuat Tristan trauma sampai sekarang tidak mau menjalin hubungan dengan siapapun". Bu Nadin bercerita dengan beberapa kali menghapus air matanya, Nessa mengelus punggung Bu Nadin menguatkan.
Nessa bingung harus berbicara apa, tapi ini bukan masalah mudah. Ini adalah pemicu penyakit Bu Nadin yang sulit diselesaikan mengingat trauma bukan hal sepele.
"Saya minta maaf Bu kalau saya lancang memberikan saran, karena pak Tristan tak berniat sedikitpun menjalin hubungan jadi ibu lah yang harus bertindak."
"Maksud dokter Vanessa?"
"Maksud saya ibu bisa kenalkan pak Tristan dengan putri teman teman ibu, secara tidak langsung ibu akan mendekatkan mereka."
"Saran dokter boleh juga, kenapa tidak terpikirkan sejak dulu ya?"
"Karena ibu berfikir untuk menekan pak Tristan menikah, bukankah menikah itu harus ada proses dulu, perkenalan dulu nanti bisa berkembang ke hubungan yang lebih serius."
"Fikiran saya jadi lebih open dok, terima kasih. Saya nggak tahu kalau saya masih berfikiran yang sama, push Tristan menikah terus, saya tahu apa yang harus saya lakukan."
"Ya sudah kita pulang ya Bu, sudah siang."
Nessa dan Bu Nadin beranjak dari tempat duduknya dan berjalan pulang.
Tristan POV
Aku bangun agak siang hari ini karena hari Minggu, aku berjanji mulai hari ini aku kan lebih banyak menghabiskan waktu dengan mama, sudah sangat lama aku dan mama tak memiliki family time, hari hari ku disibukkan dengan kerja kerja dan kerja tak memperdulikan mama kesepian dirumah. Demi kesehatan mama aku akan berusaha untuk mewujudkan keinginannya, aku tak ingin kehilangan mama kalau sampai ia terkena serangan jantung mendadak.
Aku langsung mandi dan ingin mengajak mama ngobrol panjang lebar hari ini, sesuatu yang harus aku lakukan sejak dulu. Aku masuk ke kamarnya tapi kosong tak ada siapapun, aku ketuk pintu kamar dokter Vanessa tapi tak ada jawaban. Mungkin mereka di halaman belakang fikirku, tapi saat aku akan turun dari lantai 2 kulihat dari pintu depan mama dan dokter Vanessa masuk, mereka seperti habis dari luar dengan memakai pakaian olah raga. Perkembangan luar biasa menurutku karena selama ini mama tak pernah melakukan hal ini, semenjak dokter Vanessa merawatnya mama jadi lebih ceria dan lebih sehat tanpa ada keluhan sama sekali. Hal ini membuatku berfikiran sesuatu.
Aku melihat interaksi mereka berdua, mereka sudah seperti saling mengenal sejak lama. Mama benar benar beda, ia tertawa lepas jika bersama dokter Vanessa.
Oooo----oooO
Author POV
Nessa mulai lebih santai berada di rumah Tristan, tak ada rasa khawatir lagi Tristan akan membahas ganti rugi waktu itu. Sudah hampir 2 Minggu dia tinggal di rumah Tristan dan catatan kesehatan Bu Nadin semakin menunjukkan perkembangan yang signifikan. Ia lega bisa menjalankan tugasnya dengan baik, ia bisa memberikan laporan pada kepala rumah sakit dengan baik sempurna.
Setelah memberikan obat pada Bu Nadin, Nessa bersiap untuk tidur juga, hanya beberapa menit ia langsung Terlelap dalam tidurnya. Ia terbangun saat ia merasakan tenggorokannya terasa kering, ia melihat jam di smartphone miliknya menunjukkan pukulul 1 malam, ia pun beranjak dari ranjang dan berjalan keluar menuju dapur yang berada di lantai 1, ia membuka lemari es dan mengambil sebotol air mineral kemudian menutup pintu lemari es, membawa botol tersebut ke meja dapur dan menuangkannya ke Gelas. Diminumnya air tersebut sampai habis, ia masih duduk di dapur membuka beberapa akun sosmed miliknya. Sesekali ia tersenyum melihat postingan teman-temannya diantaranya Emma yang curhat kesepian karena ditinggal sahabatnya Dinas luar satu bulan, itu pasti Dirinya. Wajahnya menunjukkan berbagai expresi dari senyum, tertawa dan sedih. Begitu konsentrasi dirinya melihat smartphone miliknya hingga ia tak menyadari seseorang datang dan memperhatikan apa yang dia lakukan, juga memperhatikan mimik wajahnya yang berubah ubah.
"Ehem........"
Suara deheman membuatnya memalingkan wajahnya dari smartphone ke sumber suara
"Pak Tristan......"
"Duduk saja", ucap Tristan melangkah mendekat dan duduk di kursi yang berseberangan dengan Nessa
Nessa memperhatikan penampilan Tristan yang sepertinya baru pulang kerja." busyet nih orang jam segini baru pulang kerja, workaholic parah nih orang," Batin Nessa
"Minum pak," ucap Nessa menuangkan air di gelas lain dan menyodorkannya pada Tristan, Tristan menerimanya dan meminumnya sampai tandas.
"Makasih, kamu belum tidur?"
"Sudah pak, tapi tadi haus jadi turun ambil minum."
"Oh....."
Nessa akan beranjak pergi tapi mendengar suara keroncongan perut Tristan.
"Bapak lapar?"
Tristan tertawa malu karena bunyi perutnya yang kelaparan terdengar oleh Nessa.
"Gampang nanti aku minta bibik buat makanan".
"Bapak nggak kasihan mau bangunin bibik, kan udah capek kerja. Biar saya saja yang bikinin", ucap Nessa kemudian berjalan menuju ke arah kulkas dan melihat stok makanan yang ada.
"Adanya spaghetti dan telur, bapak mau?"
"Boleh."
Nessa segera memasak spaghetti dan telur ia beri beberapa sayuran yang ada di kulkas. Dalam tempo 8 menit masakan sudah tersaji lalu ia letakkan di depan Tristan.
"Silahkan pak, maaf saya mau ke atas istirahat."
"Terima kasih dokter Vanessa."
"Panggil saya Vanessa saja pak."
"Kalau begitu panggil saja saya Tristan, saya tidak setua itu ."
"Tapi pak?"
"Saya tidak menerima penolakan", ucap Tristan sambil memakan spaghetti dihadapannya. Nessa melangkah meninggalkan Tritan di dapur.
"Mulai deh tuh keluar sifat diktatornya," gumam Nessa.
Lynagabrielangga