Part 5

1101 Kata
Part 5 Tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat jahat di dunia ini. Jika ada yang mengatakannya artinya dia hanya berpura-pura. **** Aku terbangun dengan kondisi yang sudah gelap gulita. Aristide yang terbangun melihat ke arahku dengan tatapan yang sulit ku artikan maksudnya apa dia menatapku seperti itu. "Kamu pingsan hampir seharian, mungkin karena kamu belum makan sejak pagi ditambah dengan aksi kamu membantu Matteo, ada baiknya kamu makan dulu," kata Aristide memberikan sebuah makanan dan minuman yang aku yakini dibuat oleh manusia-manusia yang sudah terlelap dalam tidurnya. "Terima kasih, Aris. Aku pikir aku sudah mati tadi," candaku membuat dia hanya mendengus kesal. Lah, aku benar bukan? Kalau aku tidak ditolong olehnya pasti aku sudah tiada. Entah apa yang dia masukkan ke dalam tubuhku yang pasti aku berterima kasih untuk hal tersebut. "Kenapa kamu tidak biarkan saja dia mati?" pertanyaan spontan Aristide membuatku menatap ke arahnya dengan wajah serius. "Manusia itu hidup dengan dua warna putih dan hitam. Jika warna putih itu memintanya keluar, maka akan ditunjukkan dengan sikap baik hatinya begitu juga dengan sebaliknya. Kamu tahu? Manusia itu di ciptakan bukan berada di dalam warna putih sepenuhnya atau hitam sepenuhnya, bisa juga dia berada dalam posisi abu-abu. Sebab warna hitam dan putih berjalan beriringan tanpa kita sadari. Itulah mengapa manusia itu bisa di katakan abu-abu. Karena apa yang dia lakukan bisa saja berbanding terbalik dengan isi hatinya," kataku spontan. Membuat Aristide membalasku dengan sebuah senyuman di wajah tampannya. Wajah yang mungkin saja sangat digilai oleh para wanita di luar sana. "Kamu benar, makan lah aku mau lanjut tidur. Dan yang menyelamatkan kamu itu Matteo bukan aku," kata Aristide membuat aku tersenyum ke arahnya sebelum akhirnya melanjutkan makananku. See? Sejahat apa pun manusia, dia masih punya sisi baik yang terpendam dalam dirinya. Walau aku tahu jawaban Matteo nanti karena balas budi, aku tetap akan berterima kasih untuk hal tersebut. Apa pun alasan yang akan dia utarakan besok, aku akan menerimanya dengan begitu aku akan tahu kalau di tim ini mereka semua masih memiliki hati untuk membantu sesama timnya. Di tengah aku memakan makanan yang dibuatkan rekananku, lagi-lagi aku melihat siluet manusia yang tidak jauh dari kami, kali ini tentu saja aku akan mendekati siluet tersebut, tapi baru mau beranjak siluet itu menghilang. Ada apa sebenarnya dengan tempat ini. Kenapa aku merasa sejak awal masuk ke sini kami di awasi? Atau hanya firasatku saja yang berlebihan atas hal tersebut. Tapi, masa iya kami di awasi. Kalau pun di awasi alasan apa yang membuat mereka melakukan semua itu. Bukan kah itu artinya perkataan Paduka Raja ada benarnya, kalau kami semua di jebak? Ah.. rasanya aku mau bertemu dengan wanita yang waktu itu menjelaskan padaku. Karena makananku sudah habis masuk ke dalam perutku dan rasa kantukku juga hilang, aku memilih untuk kembali ke lokasi di mana aku pingsan tadi. Tapi, saat aku kembali ke sana. Aku tidak melihat apa yang aku lihat sebelumnya. Aneh sekali. Apa aku salah mengingat mengenai kejadian siang tadi? Aku mencuci mukaku, tapi saat aku menatap genangan air aku mendapatkan sesuatu. Sesuatu yang membuat semua orang akan tercengang jika aku menjelaskannya. Apalagi jika benar kami semua di awasi, aku harus pintar bukan bermain peran? Dengan begitu aku akan tahu apa yang terjadi di sini dan alasan apa mereka mengirimkan email berisi sesuatu alasan kami datang ke sini. Jadi untuk saat ini aku memilih diam. Tidak mau membuat orang lain curiga, sampai waktunya tiba dan tepat akan aku jelaskan pada mereka semua. "Ahhh segarnya air ini, rasanya aku ingin mandi sekarang. Gara-gara pingsan badanku jadi lengket." entah alasannya apa aku berkata seperti ini. Tapi saat aku merasa di awasi, saat itu juga aku malah mau bersikap layaknya orang bodoh yang tidak memiliki banyak pengalaman padahal malah sebaliknya. Aku kembali ke tempat di mana rekan-rekanku tertidur. Aku kembali bukan kembali tidur melainkan mengambil perkakas untuk membersihkan diri. Ya, biarkan saja aku membersihkan diri sekarang, kali saja lepas membersihkan diri aku akan terlelap tidur seperti yang lain. Sebab, semakin aku terjaga maka semakin aku berkeinginan menjelajah tempat ini seorang diri. "Kamu mandi malam-malam?" tanya Matteo ketus saat melihatku kembali dengan rambut bercucuran air sisa-sisa mandiku tadi. "Ya, Pa. Maaf ap--" "Beristirahat lah. Karena besok pekerjaan kamu banyak, jangan buang-buang waktu hanya untuk kepuasan kamu sendiri. Aku tahu kamu curiga dengan tempat ini bukan? Percayalah di tempat ini kamu akan menemukan jawaban yang selama ini kamu cari," katanya membuatku hanya terdiam. Bagaimana bisa dia tahu kalau aku curiga? Apa mungkin Matteo tahu sesuatu makanya dia sangat percaya diri memimpin perjalanan ini? Aku harus cari tahu semua ini. Jika benar, akan aku buat perhitungan padanya. "Ya aku curiga, kenapa hanya mayat kedua orang tuaku yang di temukan di sini." perkataanku membuat dia kembali menjawab sebelum akhirnya melanjutkan tidur panjangnya, "karena kamu yang paling menginginkannya." hanya jawaban itu tapi berhasil membuat pikiranku bercabang. "Aku memang merindukan mereka, dan aku tidak percaya kematian mereka di sini. Makanya aku curiga dengan tempat ini. Apa kita akan mati seperti kedua orang tuaku? Kalau benar sayang sekali, aku belum menemukan jodohku apa jadinya aku mati dalam keadaan tanpa pernah merasakan cinta? Masa iya Tuhan setega itu padaku. Kalian enak karena sudah merasakan gelora cinta, lah aku? Kasihanilah jomblo satu in--" "Berisik! Tidur lah. Kalau kamu mau merasakn cinta, cari saja wanita di kota ini nanti." jawaban ketus Matteo membuatku mendengus. Tidak tahu saja dia apa yang ada di kepalaku saat ini. 'Masa iya harus sama warga sini, lebih baik dengan warga Magnolia. Dengan begitu aku bisa memiliki keluarga yang sangat harmonis seperti keluarga padaku Raja.' batinku membayangkan hal bahagia saat ini. Mungkin dengan aku membayangkannya aku bisa mewujudkannya suatu saat nanti. Ah, rasanya aku merindukan tugas-tugasku di sana. Apa benar keputusanku ke sini adalah sebuah kesalahan karena rasanya sekarang aku ingin kembali ke Magnolia. Tapi, sayangnya tidak bisa. Aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya ada di sini dan kenapa mayat kedua orang tuaku juga ada di sini. Bukankah sangat aneh jika aku izin keluar dari tim tanpa alasan yang jelas. Apalagi di saat aku sudah menemukan beberapa bukti mengenai tempat ini. Yang penting saat ini adalah sabar. Dengan begitu cepat atau lambat aku akan tahu kalau tempat ini bukan lah tempat yang di mana kami semua harus memasuki. Melihat sekelilingku semua orang terlelap tidur. Perlahan-lahan mataku terpejam juga. Ya, ada baiknya aku beristirahat sekarang. Karena aku tidak tahu ada kejadian besar apa lagi esok hari. Baik atau buruknya nanti, aku harap kami semua siap dan kami akan bekerja keras demi permasalahan yang baru. Memang ya, hidup tanpa masalah itu seperti masakan tanpa garam di dalamnya. "Tidur. Besok kita kerja keras, Alkas! Semangat demi kembali ke rumah!" bantinku menyemangati. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN