“Kak, bagaimana rasanya bahagia itu?” Tanya Shena parau, membuat Rania bungkam, pertanyaannya begitu menohok. “Kenapa? Kenapa takdir begitu kejam pada hidupku? Kenapa luka selalu menemani sepanjang hidupku? Tidak adakah setitik bahagia untukku? Apakah aku tidak pantas mendapatkannya? Apakah mendapatkan kebahagiaan harus memiliki kriteria tertentu?” Shena menutup wajah dengan kedua tangannya, lalu kembali terisak, Rania yang melihat itu hanya bisa memejamkan matanya, berusaha membawa gadis itu dalam pelukannya. “Aku juga ingin tertawa bahagia bersama mereka, aku juga ingin merasakan hangatnya sebuah keluarga. Aku juga ingin dicintai dan disayang, aku juga ingin merasakan indahnya berbagi canda dan tawa bersama saudara dan orang tau. Tapi, tapi semua itu sangat jauh dariku, Kak. Se