Bab 13. Petunjuk Dari Anna

1281 Kata
“Kamu kok ngomong kayak gitu? Emang kamu tahu sesuatu tentang Kinanti?” tanya Devan sedikit curiga dengan apa yang dikatakan oleh Anna. “Enggak kok, saya gak tahu apa-apa. Cuma kebetulan aja kemarin habis nonton sinetron di Indosiar terus istrinya sering keluar rumah lama banget, bahkan waktu suaminya ada di rumah juga kadang kan dia masih di luar. Dan ternyata itu karena dia punya main sama laki-laki lain di luar sana,” Anna berusaha untuk sedikit menghindar namun dia juga berharap Devan akan memikirkan apa yang dia katakan ini. “Ah korban sinetron aja kamu ini. Gak mungkin lah Kinanti sampai tega khianatin aku dan Rafa. Dia itu sebenarnya baik, cuma karena obsesinya untuk kerja itu aja sih yang bikin dia jadi kayak gini sekarang. Dulu awalnya dia gak separah ini kok, cuma pas kamu masuk aja mungkin dia lebih leluasa karena udah ada yang bisa tanggung jawab buat jagain Rafa. Jadi gak mungkin lah Kinanti sampai berani selingkuh. Justru kita berdua nih yang harus hati-hati. Tapi kamu masih tetap mau nemenin saya kan?” tanya Devan sambil membelai wajah kekasih gelapnya itu. “Masih dong, kan itu bagian dari tugas saya di sini. Buat jagain dan ngerawat majikan,” ucap Anna sambil terkekeh. “Pinter banget kamu, emang kayak gitu sih tugas kamu. Selagi Rafa masih belum bisa ngapa-ngapain, jadi kamu harus rawat Papanya dulu. Oh iya Rafa bentar lagi 2 bulan berarti pasti mama mertuaku ke sini. Nanti kalau mama mertuaku ke sini, kita jadi jarang-jarang bisa bermesraan. Tapi tenang aja nanti kita cari waktu lah ya buat bisa mesra-masraan. Soalnya pasti aku gak akan tahan kalau cuma ngeliatin kamu doang,” ucap Devan sambil mentoel dagu Anna. “Emangnya Bu Siska mau ke sini ya?” tanya Anna pada Devan. “Biasanya gitu, tapi gak tahu lagi jadi ke sini atau enggak, kita lihat aja kabar selanjutnya. Cuma waktu itu sempat bilang sih katanya kalau Rafa udah masuk 2 bulan, mamanya Kinanti mau ke sini. Tapi kamu gak usah khawatir ya, yang penting kamu harus siap kapanpun aku kirim kode,” ucap Devan yang segera mencium pipi Anna. “Kapan pun kamu mau pasti bakalan siap. Kan emang aku cuma buat kamu,” ucap Anna sambil tersenyum manis menatap wajah Devan. Devan segera meraup bibir Anna kembali untuk dia nikmati. Lumatan demi lumatan kini sudah bisa dirasakan oleh Anna yang membuat tubuhnya berdesir. Seandainya saja saat ini mereka hanya tinggal berdua di rumah, Anna pasti tidak akan menyediakan waktu untuk menjatuhkan badan Devan ke atas tempat tidur. Sayangnya di bawah sedang ada Mbok Darmi yang bisa saja menangkap basah mereka berdua nanti. Oleh sebab itu Anna harus merasa puas dengan sentuhan kecil dari Devan pagi. “Aku berangkat dulu ya, sayang. Nanti aku janji pulang cepat. Kamu kabarin aku aja kalau misalnya Mbok Darmi udah pulang, biar aku bisa langsung datang ke rumah,” ucap Devan sambil merapikan lagi pakaian Anna yang sempat dia obrak-abrik. “Emang gak papa kalau kamu pulang cepet terus dari kantor?” tanya Anna yang khawatir pekerjaan Devan akan terbengkalai karena dia. “Asal aku gak lagi ke lapangan ya tetap bisa aja pulang cepet. Kan nanti aku bisa kerja di rumah sambil nemenin kamu,” jawab Devan memberikan jaminan kalau pekerjaannya akan baik-baik saja. “Berarti sambil kerja, nanti aku sembunyi di kolong meja ya,” ucap Anna sambil menghidupkan sebelah matanya. “Korban film panas lagi dia, tapi bolehlah dicoba. kebetulan burung merah udah kangen banget sama mulut kamu. Isapan maut kamu benar-benar bikin burung merah ketagihan,” ucap Devan yang segera memberikan kecupan di bibir Anna lagi. “Gampang lah itu, udah sana berangkat. Nanti malah kesiangan lho.” “Anterin aku ke bawah ya,” pintar Devan dengan nada manja. “Iya aku anterin, entar aku aja yang tutup pagarnya biar Mbok Darmi gak curiga.” “Oke deh, aku pamitan sama Rafa dulu bentar ya.” Anna segera turun dari pangkuan Devan. Dia membantu Devan untuk merapikan kembali penampilannya sebelum pria tersebut berangkat ke kantor. Anna merasa dirinya sudah menjadi seperti istri Devan dan tentu saja hal ini akan dia pertahankan terus. Devan sangat senang mendapatkan pelayanan dari Anna. Dulu sewaktu dia dan Kinanti baru pertama kali menikah, istri sahnya itu selalu memperlakukan dia seperti yang sedang Anna lakukan sekarang. Namun sejak Kinanti bekerja, wanita cantik itu sudah sangat jarang memperhatikannya. Devan segera mendatangi box bayi di mana saat ini putranya itu sedang tidur. Dia lalu menggendong dan menciumi putranya itu sebelum berangkat kerja ini adalah mood booster untuk Devan bekerja lebih baik. “Pak Devan ini benar-benar baik banget orangnya. Udah aku kasih klue kayak gitu tapi masih aja percaya sama Bu Kinan. Aku gak bisa bayangin kalau nanti misalnya dia sampai tahu kebohongan istrinya selama ini. Aku takut dia bakalan drop dan terpukul banget. Orang baik kayak dia gak layak diperlakukan oleh Kinanti sekejam ini. Kalau boleh jujur aku bahkan curiga kalau Rafa juga bukan anak Devan. Aku harus cari tahu buktinya, semoga aja aku bisa segera ketemu bukti itu,” ucap Anna dalam hati sambil melihat ke arah Devan yang sedang menciumi Rafa. Setelah selesai urusannya dengan Rafa, Devan segera meletakkan lagi buah hatinya di dalam box. Anna datang untuk membantu Devan sekaligus membantu untuk menenangkan Rafa lagi agar tetap tertidur. Setelah memastikan Rafa sudah aman, Devan dan Anna segera turun ke bawah karena Devan harus segera berangkat kerja. Di bawah sana ada Mbok Darmi tampak sedang mengepel lantai dan terlihat berhenti bekerja ketika melihat Anna dan Devan turun bersama. “Bapak udah mau berangkat?” tanya Mbok Darmi. “Iya Mbok, saya mau berangkat sekarang. Mbok Darmi sama Anna jaga rumah dulu bentar ya,” ucap Devan sambil terus melangkah turun. “Iya Pak, sudah tugas saya. Oh iya Pak, tadi ibu belum kasih saya uang belanja, saya harus belanja apa nanti?” Mbok Darmi melapor. “Loh gimana sih, bukannya biasanya dikasih bulanan ya, Mbok?” tanya Devan. “Dulu emang dikasih bulanan, Pak. Tapi sejak beberapa bulan lalu waktu ibu cuti hamil, saya lebih sering dikasih mingguan atau harian. Dan sejak ibu kerja lagi, saya belum pernah dikasih bulanan.” “Ya ampun, gimana sih dia itu. Ya udah Mbok, sebentar ya saya ambilkan uangnya dulu.” Devan segera membuka tas kerjanya dan mengambil dompet dari dalam sana. Dia mengeluarkan beberapa lembar uang pecahan 100 ribuan untuk dia berikan pada Mbok Darmi. “Ini buat seminggu cukup gak, Mbok?” tanya Devan pada asisten rumah tangganya itu. “Cukup Pak, soalnya di dalam juga masih ada beberapa lauk. Nanti saya tambahin pakai itu aja.” “Nanti kalau kurang, Mbok Darmi minta aja langsung sama Kinanti ya. Dia pasti lupa mulu tuh kalau gak diingetin,” pesan Devan pada asisten rumah tangganya itu. “Iya Pak, nanti saya ingetin ibu buat kasih saya uang belanja,” ucap Mbok Darmi sambil menerima uang pemberian dari Devan. “Ya udah kalau gitu saya berangkat dulu. Anna tolong tutup gerbang nanti ya,” ucap Devan sambil sedikit menoleh memberikan isyarat pada anak yang berdiri di belakangnya.” “Baik, Pak.” Devan membunyikan klakson sebelum dia meninggalkan rumah. Anna ingin sekali melambaikan tangan pada kekasihnya itu namun ia harus menahan diri karena saat ini dia ada di depan rumah. Akan sangat bahaya kalau sampai tetangga atau Mbok Darmi melihatnya. Sambil menyetir pikiran Devan kembali melayang pada apa yang dikatakan oleh Anna tadi. Pikiran tentang sinetron yang diceritakan anak tadi sedikit mempengaruhi pikiran Devan. “Masa sih Kinanti bakal lakuin kayak yang di sinetron itu? Tapi kalau aku curiga sama dia apa nanti dia gak bakal curiga juga sama aku. Apa aku sewa orang buat ngikutin Kinanti aja ya?” gumam Devan sendirian sambil menyetir
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN