“Pengen apa sih?” tanya Anna dengan genitnya.
“Pengen anu.” Devan menaik turunkan alisnya, menggoda Anna.
“Ih, kamu genit ah. Ini di luar, nanti ada yng ngintip loh.” Anna menolak dengan halus.
“Gak akan ada yang ngintip. Bentar aja ya. Ayo ah, aku pengen. Yang ini aja.” Devan menyentuh tubuh bagian atas kekasih gelapnya.
“Ya ampun sayang, ntar ketahuan iatri kamu loh.” Anna menyingkirkan tangan Devan.
Devan melihat keadaan sekitarnya, “Sepi, sayang. Dikit aja ya.” Devan terus membujuk.
“Ntar aja. Aku gak mau ambil resiko. Udah mending sekarang kamu masuk aja deh. Ntar kalo ibu liat kita lagi kayak kemaren, bisa berabe. Udah masuk sana.”
Devan mendengus kesal saat kekasihnya itu mengusir dirinya tanpa mendapatkan apa pun lebih dulu. Tapi Devan memang tidak bisa membantah, karena posisi mereka bisa saja rawan.
Devan pun menuruti keinginan Anna dengan berat hati. Dia masuk kembali ke dalam rumah dan meninggalkan Anna berdua bersama putranya. Anna kini duduk di saung sambil menemani Rafa yang sudah tertidur.
Devan masuk ke dalam ruang tengah. Dia tidak mendapati sosok istrinya lagi di lantai 1. Di dapur hanya ada Mbok Darmi yang sudah mulai memasak sarapan untuk pagi ini.
“Mbok, Kinanti ke mana?” tanya Devan sambil mengambil air di dalam lemari es.
“Ibu masuk ke ruang kerja Pak. Tadi ada telepon kayaknya,” ucap Mbok Darmi sambil menyiapkan roti bakar dan pendampingnya untuk sarapan 2 orang majikannya.
“Terima telepon sampai masuk ke ruang kerja? Emang telepon dari siapa, Mbok?” tanya Devan sedikit penasaran.
“Kurang tahu Pak, tapi yang pasti tadi ibu langsung masuk aja ke ruang kerja.
“Telepon dari siapa sih kok sampai harus sembunyi gitu? Apa dari kliennya? Tapi kalau dari klien emangnya harus sampai lari ke ruang kerja ya. Aku mau tau ah,” gumam Devan yang merasa sedikit aneh dengan tingkah istrinya.
Dengan rasa penasaran yang tinggi Devan pun segera melangkah menuju ke ruang kerja untuk mencari tahu sebenarnya siapa orang yang sedang menghubungi istrinya itu. Ada sedikit rasa curiga pada diri Devan melihat istrinya bertingkah aneh pagi ini.
“Aku juga kangen Yang, nanti kita ketemu ya. Aku udah keuangeen banget sama kamu, sayangku,” Devan mendelik mendengar ada suara istrinya memanggil seseorang dengan panggilan sayang.
Devan mendelik ketika dia mendengar suara Kinanti memanggil seseorang dengan panggilan sayang. Tentu saja ini adalah sesuatu yang sangat membuat dia kaget karena selama ini istrinya itu tidak pernah menunjukkan gelagat kalau dia memiliki hubungan dengan pria lain. Devan yang di selubungi dengan api cemburu segera saja membuka pintu ruang kerja untuk melihat langsung dengan siapa istrinya itu bicara.
“Ma, kamu Lagi telepon siapa?” tanya Devan begitu dia membuka pintu ruang kerja.
“Eh Papa,” ucap Kinanti yang langsung sedikit gugup ketika melihat suaminya tiba-tiba muncul di ruang kerja.
“Nis, ntar lagi kita sambung ya, suamiku datang,” Kinanti bicara dengan orang yang ada di teleponnya lalu segera memutus sambungan telepon itu sepihak.
“Pa, kamu apaan sih. Kok langsung main tuduh gitu? Aku lagi teleponan sama Nisa nih, kamu gak lupa kan sama Nisa temenku yang saat ini lagi ada di Surabaya?” tanya Kinanti berusaha agar suaminya itu percaya.
“Nisa? sahabat kamu itu.”
“Iya emang Nisa siapa lagi kalau bukan dia,” jawab Kinanti sambil berjalan mendekati suaminya.
“Tapi kok pakai panggil sayang segala? Cewek sama cewek masa manggilnya sayang,” Devan tetap curiga pada Kinanti.
“Udah biasa kali, Pa. soalnya kan sekarang lagi musimnya kayak gitu, biar bikin makin akrab aja gitu. Besti gitu lho Pa, ngerti gak kamu tuh,” ucap Kinanti berusaha untuk tetap meyakinkan suaminya kalau dia sedang menghubungi teman wanitanya.
“Oh ... kirain kamu lagi hubungin siapa, ya udah kalau gitu ayo kita sarapan. Udah dibikinin sama Mbok Darmi itu, entar rotinya jadi dingin kamu kan gak suka,” ajak Devan.
“Iya Yuk, kita makan. Eh ya Pa, kalau nanti misalnya aku pulang telat boleh gak? Soalnya kemarin aku banyak banget ninggalin kerjaan di kantor gara-gara harus pulang cepet. Ntar kalau misalnya gak aku kerjain, bisa-bisa jabatan aku bisa diturunin. Jelas aku gak mau kalo tetep jabatan yang kayak itu,” Kinanti berusaha untuk merayu suaminya.
“Iya gak papa, tapi jangan terlalu malam ya. Selain nanti kamu kemaleman dan gak aman di jalan, nanti tetangga juga bisa omongin kamu. Jadi lebih baik kamu pulang jangan terlalu malam aja, aku khawatir sama keselamatan kamu.”
“Iya Pa, nanti aku bakal pulang cepet kok. Paling gak sebelum jam 9 malam aku udah di rumah ya. Tapi kamu beneran gak papa kan, Pa?” Kinanti mencoba untuk lebih yakin lagi.
“Iya aku gak papa, udah santai aja. Pokoknya kamu kerja yang baik dan gak lupain Rafa, itu aja sih permintaan aku.”
“Yes! Aku bisa pacaran lagi sama Anna hari ini. Kalau Kinanti pulangnya malam kan lumayan aku bisa jamah Anna lebih lama,” sorak Devan kegirangan dalam hati.
“Bego banget! Mana ada aku lembur. Mas Bastian gak pernah tuh ngasih aku kerja lemburan, soalnya aku calon istrinya, masih aja kamu tuh bego dari dulu,” gumam Kinanti dalam hati sambil menyeringai.
Kinanti dan Devan segera berjalan bersama menuju ke ruang makan. Devan melihat Anna juga sedang mengambil sarapan untuk dirinya sendiri. Devan merasa bahagia karena saat ini dia ditemani oleh dua orang wanita kesayangannya.
“Kok kamu makan nasi kan? Gak kepengen makan pakai roti?” tanya Devan sedikit berbasa-basi.
“Saya gak biasa, Pak. Maklumlah lidah orang kampung,” jawab Anna yang segera ikut duduk di meja makan.
“An, kamu jaga Rafa yang bener ya. Saya bayar mahal kamu buat jagain anak saya, bukan buat makan atau buat nonton TV kayak baby sitter yang lain. Ingat ya, jaga kepercayaan saya,” Kinanti memberikan peringatan kepada Anna.
“Iya Bu, saya akan terus perhatikan. Pokoknya Ibu gak usah khawatir karena memang ini tidak pekerjaan saya,” Anna memberikan jaminan kepada Kinanti.
“Bagus! Kamu emang kerja harus bagus, kalau gak ... saya bakal awasin kamu lewat CCTV.”
“CCTV? Gak usah lebay deh, Ma. Justru nanti kalau misalnya ada CCTV, kita bikin Anna jadi gak bebas dan kayak ditekan aja kerjaannya. Padahal kerjaan urus bayi kan harus tenang, Iya kan, An?” Devan berusaha untuk mencegah istrinya memasang CCTV di rumah mereka agar hubungannya dengan Anna tidak diketahui oleh sang istri.
“Ya kan tadi aku bilangnya kalau Anna macam-macam, Pa. kalau dia kerja dengan baik ya aku gak akan aku pasang. Lagian sekarang tuh banyak banget pembantu yang khianatin kepercayaan majikan, jadi hilang kepercayaan. Nah selama ini Anna kan gak pernah kelihatan macam-macam meskipun dia di rumah sendirian, masih dalam tahap bisa dipercaya kok.”
“Saya gak akan macam-macam, Bu. Masa sih, Ibu gak percaya sama saya?” ucap Anna sambil melihat tajam ke arah Anna.
“Ya udah, pokoknya kita tuh saling percaya aja. Soalnya kan emang di rumah ini cuma kita tinggal bertiga aja kalau sore. An, kamu tetap harus jaga kepercayaan kita ya, An. Jangan bikin kita kecewa. Tolong ambilkan saya air hangat dong, An,” pinta Devan sambil mengedipkan sebelah matanya kepada.
“Baik Pak, Sebentar.
Anna segera berdiri dari tempat duduknya. Dia melihat ke arah Kinanti yang kini juga sedang melihatnya.
“Sembarangan aja bilang mau pasang CCTV. Sebelum kamu pasang, aku bakalan pastiin perselingkuhan kamu itu kebongkar, Bu Kinan,” gumam Anna dalam hati.
Anna mengambilkan Devan segelas air hangat seperti apa yang tadi Devan minta. Anna segera membawa gelas berisi air hangat itu ke dekat Devan. Dia berdiri di samping Devan dan sedikit kaget ketika tiba-tiba tangan Devan paha bagian dalam Anna.
Ingin rasanya Anna meneruskan kegiatan itu agar dia juga mendapatkan kesenangan dari kenakalan majikannya itu. Tapi dia harus ingat kalau saat ini ada Kinanti di rumah. Oleh sebab itu, tetap saja hal ini harus dia tahan dulu agar dirinya bisa tetap aman menjalankan hubungan bersama Devan.
Semua orang sudah membubarkan diri dari kegiatan sarapan pagi mereka. Bastian dan juga Kinanti kini sedang berada di kamar mereka untuk bersiap pergi ke kantor masing- masing.
Kinanti tampak selalu terburu-buru karena letak kantor Kinanti memang sedikit lebih jauh daripada perusahaan yang dimiliki oleh Devan. Oleh sebab itu, Kinanti selalu berangkat ke kantor lebih dulu daripada Devan.
“Ibu nanti pulang malam ya, Pak?” tanya Anna saat Devan menemuinya di kamar Rafa.
“Iya ... katanya banyak kerjaan di kantornya. Sini dong, aku pengen dapat bekal sebelum kerja,” ucap Devan sambil menyuruh Anna duduk di pangkuannya.
Anna pun segera duduk di pangkuan Devan sambil melingkarkan satu tangannya di leher Devan agar dia tidak terjatuh. Tangan Devan langsung melingkar di pinggang Anna, menjaga Anna agar tidak jatuh.
“Sayang, kamu percaya banget ya sama istri kamu?”
“Iya percaya, emang kenapa? Emang yang kamu tahu sesuatu?” tanya Devan yang seperti merasakan ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Anna.