"Bapak jangan bikin orang takut!" Suara Lina tidak keras, tapi penuh dengan penekanan. Jangan lupakan matanya yang mendelik. "Lho, saya ini cuma menegaskan saja." "Tap-tapi, saya tidak sengaja Om. Beneran!" Dina berlari sembunyi di belakang sang kakak, Dokter Deni. Jason menghela nafas. "Iya, saya sudah dengar cerita dari Lina. Sudahlah, mungkin memang sedang apes saja. Hari buruk tidak ada dalam kalender. Kamu sendiri bagaimana?" "Tidak ada luka serius di tubuh adik saya. Hanya lecet di lutut." Deni tersenyum sambil mengelus rambut adiknya. "Tapi, malam ini saya benar bisa pulang ya, Dok?" sahut Lina. "Iya, kalau infus sudah habis. Eh, ini ternyata tinggal sedikit lagi." "Kalau begitu, sudah bisa diproses pemulangannya?" Kali ini Jason yang bertanya. "Bisa, Pak. Bisa diurus sekar