Penguntit

2000 Kata

Aku kembali ke supermarket dan langsung dimarahi habis-habisan karena pergi begitu saja tanpa izin. Tidak masalah karena itu memang benar. Jadi, aku membiarkan mereka memarahi sesukanya. Perasaan ini jauh lebih sedih dan kacau setelah mengetahui Karin masih hidup, tapi dia bahkan tidak sudi untuk melihat wajah ini. Karin bahkan bersandiwara tidak mengenaliku. Mungkin, dia melakukan itu untuk membalas semua sakit hatinya. Aku pulang dengan lesu dan itu membuat Papa menatapku dengan kening berkerut. "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam. Kenapa kamu?" tanya Papa yang sedang menemani Mama menonton televisi. "Tidak apa-apa, Pah." Aku terus berjalan melewati ruang keluarga menuju dapur dan minum. "Kamu sudah makan malam belum?" "Belum," sahutku sembari mengembalikan botol air ke dalam kul

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN