Sentuh Aku

1863 Kata

"Naila," panggilnya lembut, tapi aku bergeming. Tetap berbaring miring dengan mata terpejam. Meski tak ada air mata, tapi rasanya hati ini perih. Tak berselang lama, kasur di belakangku sedikit bergoyang. Sudah pasti Mas Fandi kini ikut berbaring. Untuk beberapa saat, tak ada pergerakan atau pun suara. Aku masih menunggu. Hingga pada akhirnya, tepukan lembut menyentuh pundak ini. "Kamu marah padaku karena pulang larut lagi?" "Bukan itu," jawabku lirih. "Lalu?" Aku menghela napas berat lalu mengubah posisi tidur menghadapnya. "Aku hanya merasa, semakin lama Mas semakin menjauh dariku. Apa aku telah membuat kesalahan?" "Kenapa kamu berpikir seperti itu? Kamu tidak pernah melakukan kesalahan apa pun, Nay. Jangan berpikir yang tidak-tidak!" Ia hendak mengusap kepalaku, tapi urung dilakuk

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN