Kuputuskan untuk berdiam diri di bawah guyuran air shower. Berharap dinginnya air ini bisa membuat kepala, hati dan wajah yang terasa memanas akibat perkataan Mama menjadi lebih baik. Aku duduk bersandar lesu sambil sesekali mengusap air dari wajah. Memejamkan mata, berharap semua rasa sakit ini akan ikut hanyut terbawa air yang mengalir. Nanti masuk angin, Mas. Aku spontan membuka mata dan menoleh. Karin sedang berdiri sambil tersenyum memegang handuk. "Karin ...." Aku mengucek-ngucek mata dengan kasar, lalu melihat kembali untuk memastikan. Hilang. Ternyata itu hanya khayalan saja. Ah, aku sudah seperti orang tidak waras. Bayangan Karin selalu hadir seiring dengan penyesalan yang makin menggunung. Aku beranjak bangun dan segera berganti pakaian. Benar kata Papa. Karin pasti akan ik

