Secercah Harapan

1952 Kata

Bu Wati dibopong para anak panti remaja, lalu dibawa masuk ke dalam. Sementara, Bu Ikah membantuku yang lemas supaya kembali berdiri dan memapahku. Aku masih menangis tertunduk di sofa. Sementara, para anak panti tengah mencoba menyadarkan ibu asuh mereka. "Diminum dulu, biar tenang." Aku menoleh. Bu Ikah dengan senyum ramahnya menyodorkan secangkir teh hangat. "Terima kasih," ucapku lirih. Bu Ikah mengangguk, lalu duduk di sampingku. "Lalu bagaimana dengan jenazah Karin sekarang? Apa sudah ketemu?" tanyanya dengan suara bergetar. Ah, iya. Aku belum sempat mendengarkan seutuhnya penjelasan petugas itu tentang jenazah Karin. Saking syok dan tidak percaya, aku sudah lebih dulu menyangkal sebelum mereka menjelaskan secara rinci. "Saya belum tahu, Bu. Tadi keburu syok duluan sewaktu men

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN