Nurani merasa tubuhnya kaku, mengira bahwa Aron akan memaksanya seperti sebelumnya. Namun, apa yang terjadi kali ini sangat berbeda. Aron tidak menuntut apa pun dari Nurani; sebaliknya, ia hanya memeluknya erat dari belakang, menangis dengan isak yang lembut di pundak gadis itu. Tangisan yang tak tertahan itu memecah keheningan, mengisi ruang dengan rasa sakit yang mendalam dan misterius. Nurani tidak mengerti sepenuhnya apa yang dirasakan Aron, namun setiap isak tangisnya terasa seperti duri yang menusuk hatinya, mengaduk-aduk emosi yang sulit diungkapkan. Selama beberapa menit, Nurani terdiam, membiarkan Aron menangis di pundaknya. Ia merasa tak berdaya, terperangkap dalam perasaan campur aduk antara empati dan ketakutan. Hanya dapat berdiri diam, membiarkan perasaan Aron yang rapuh men