Change (Bag.3)

1162 Kata
Mo Qi Qi tentu saja masih harus membiasakan matanya yang mulai menggunakan lensa mata. Kadang penglihatannya menjadi terganggu dan terkadang pula matanya akan menjadi sedikit gatal. Dan kali ini, matanya yang minus itu kembali membuat masalah. Bukan karena penglihatannya yang buruk, melainkan karena Mo Qi Qi Qi sendiri. Karena sibuk membaca buku sambil berjalan, Qi Qi jadi tidak sengaja menabrak seseorang, dan alhasil orang yang ditabrak Qi Qi itu mengomelinya. “Kau tidak punya mata ya?” Suara orang itu sangat keras hingga telinga Qi Qi hampir tuli. Buku Qi Qi jatuh, tapi ia terlebih dahulu membungkuk untuk meminta maaf, “Maaf, aku tidak sengaja. Maafkan aku.” Sebuah tangan yang ramping terlebih dahulu menggapai buku yang telah jatuh, pemilik tangan itu berkata dengan suara lembut, “Qi Qi.." “Suara ini?” Mo Qi Qi bergumam di dalam hatinya. Qi Qi tidak mengambil bukunya terlebih dahulu, sebagai gantinya ia menegakkan tubuhnya dan melihat tubuh tinggi Xue Ying tengah menghadap padanya. Wajah pemuda itu sangat tampan, ketampanannya menjadi tak tertandingi saat senyumannya mengalahkan sinar matahari yang membelakanginya. “Mo Qi Qi.” Pemuda yang ditabrak itu berseru, “Jadi ini kau!!” Itu adalah Allen, pemuda cerewet yang juga sahabat Xue Ying. Allen kembali berkata, “Aku terlalu kasar padamu, maafkan aku. Aku kira kau orang lain.” Allen tersenyum ramah, “Kau benar-benar tampak berbeda dengan rambut barumu dan juga saat kau tidak memakai kaca mata.” Mo Qi Qi melirik ke arah Xue Ying, dan Xue Ying juga menatapnya dengan senyuman. Qi Qi kembali membungkuk, “Maafkan aku senior, aku benar-benar tidak sengaja.” “Tidak masalah.” Allen menepuk pundak Qi Qi, “Kau adalah junior kesayangan Xue Ying, jadi bukan masalah besar.” “Ehm.” Xue Ying berdehem dan Allen buru-buru menurunkan tangannya dari pundak Qi Qi. Xue Ying tersenyum saat ia menyerahkan buku Qi Qi, “Sudahlah, kau tidak perlu meminta maaf lagi. Kau sepertinya sedang terburu-buru. Pergilah.” Mo Qi Qi tentu saja menyadari kebodohan yang ia buat. Ia menyesali keputusannya untuk tidak memakai kacamata. Sikap konyolnya benar-benar tidak masuk akal. “Tapi Xue Ying…, dia benar-benar baik. Orang yang menyebutnya raja iblis adalah orang yang buta.” Qi Qi diam-diam bergumam. */ “Bukankah aku sudah mengatakannya padamu untuk lebih rajin.” Qi Qi akhirnya mengomeli Mei Zuo yang kembali membuat ulah, “Kau benar-benar beruntung. Jika bukan karena orangtuamu yang kaya, kau pasti sudah dikeluarkan dari kampus ini.” Mei Zuo yang bisanya akan membela dirinya, kini hanya bisa diam seperti ini ketika ia dimarahi oleh Mo Qi Qi. Mo Qi Qi mungkin tidak akan semarah itu pada Mei Zuo jika hari ini bukanlah hari pertemuan kedua kelompok belajar. Yah, kelompok ospek mereka yang telah terbentuk kini telah berubah menjadi kelompok belajar. Kelompok di mana semua anggotanya akan berbagi ilmu. Dan karena harus menemani Mei Zuo menghadap dosen, Mo Qi Qi pun terlambat datang ke pertemuan kelompok belajar. Dengan tergesa-gesa, keduanya berlari ke aula. Mo Qi Qi tidak pernah berhenti menghujat Mei Zuo, “Ini semua gara-gara kau Xiao Zuo.” “Ah baiklah-baiklah. Aku bersalah.” Mei Zuo akhirnya membuka mulutnya. Dengan nafas yang masih terengah-engah, Qi Qi dan Mei Zuo akhirnya tiba di aula. Para anggota kelompok sudah berkumpul dan tidak lupa pula Xue Ying dan senior Mo. “Kalian terlambat.” Senior Mo Wei Yu adalah orang yang pertama berbicara. “Maafkan kami.” Mo Qi Qi buru-buru membungkuk dan Mei Zuo pun mengikutinya dengan tatapan acuh tak acuh. Senior Mo menatap Xue Ying, “Kira-kira hukuman apa yang harus kita berikan pada mereka?” Xue Ying seketika berdiri, ia berdiri di samping Mo Qi Qi, “Qi Qi adalah orang yang bertanggung jawab. Aku tahu jika bukan karena hal mendesak, kalian tidak akan terlambat. Jadi untuk kali ini, kalian bebas dari hukuman. Duduklah.” “Terimakasih senior.” Qi Qi membungkuk sekali sebelum akhirnya menarik Mei Zuo bersamanya. Bagaimana mungkin seorang Mo Qi Qi bisa melewatkan pertemuan kelompok ini? Di saat pertemuan ini berlangsung, ia akan bisa menatap Xue Ying sepuasnya. Melihat bagaimana pemuda itu berbicara, tersenyum, dan bergerak. Hanya dengan ini saja, hati Mo Qi Qi sudah bahagia. “Dia tampan, baik, dan pintar. Bagaimana bisa ada orang sesempurna Xue Ying di dunia ini?” Gumam Mo Qi Qi. Tapi waktu kebahagiaan Mo Qi Qi tidak bertahan selama itu. Waktu 2 jam berlalu dengan cepat, dan tak dirasa pertemuan kelompok mingguan ini sudah usai. “Sampai ketemu lagi minggu depan.” ujar Xue Ying seraya menutup kegiatan kelompok hari ini. Para anggota kelompok satu persatu meninggalkan aula. Qi Qi menoleh hanya untuk melihat Xue Ying dan Mo Wei Yu masih duduk di dalam aula. Qi Qi dan Mei Zuo akhirnya benar-benar keluar dari aula, tapi tiba-tiba Qi Qi teringat sesuatu. “Kau kenapa?” Tanya Mei Zuo. “Aku melupakan buku harianku, kau duluan saja.” Qi Qi meninggalkan Mei Zuo yang masih berdiri di depan aula sendirian sementara dirinya berlari dan kembali masuk ke dalam aula. Qi Qi kembali ke dalam aula dan ia melihat Xue Ying belum pulang. Ia baru saja hendak melangkah untuk mengambil bukunya sekaligus menanyakan kenapa Xue Ying belum pulang, tapi secara tidak sengaja ia mendengar percakapan Xue Ying dan senior Mo. “Mo Qi Qi? Gadis culun itu, bukankah dia yang menabrak Allen kan?” Ujar Mo Wei Yu. “Allen menceritakannya padamu?” Xue Ying tersenyum ketika ia berbicara pada Mo Wei Yu. Mo Wei Yu, “Oh. Dia bilang kalau semenjak kau mengenalnya, kau jadi sering tersenyum. Kau kenapa baik padanya? Kau menyukai gadis culun seperti itu?” Qi Qi yang berada di balik dinding menunggu jawaban apa yang akan diberikan oleh Xue Ying pada Mo Wei Yu. Selama ini ia juga penasaran kenapa Xue Ying bersikap begitu baik padanya, jika bukan karena Xue Ying juga menyukainya, lalu apa alasannya? Tidak ada yang bersuara selama beberapa saat, sebelum akhirnya terdengar suara Xue Ying, “Aku tidak menyukainya….” Qi Qi yang mendengar kata-kata Xue Ying itu merasakan rasa kecewa yang mendalam. Jadi benar apa yang dipikirkan Qi Qi selama ini, ia tidak menyangka jika kebaikan Xue Ying selama ini padanya hanyalah karena rasa kasihan. "Karena aku sering di bully, dia jadi kasihan padaku." Itulah isi otak Mo Qi Qi tentang Xue Ying. Qi Qi melangkah keluar dari aula, ia bahkan melupakan buku yang masih ada di dalam aula itu. Qi Qi tidak mau mendengarkan kata-k********r lain yang nantinya hanya akan menyakitinya. Xue Ying bahkan belum menyelesaikan kalimatnya dan ia sudah pergi. Qi Qi tidak tahu harus berkata apa, “Benar kata Bao Ni, tidak seharusnya aku percaya pada laki-laki. Tidak seharusnya aku berharap pada Xue Ying, aku hanya si buruk rupa sementara dia adalah pangeran.” Malam itu Qi Qi benar-benar menyesali keputusannya untuk masuk kembali ke aula, andai saja ia tidak masuk ke aula, ia pasti tidak akan mendengar semua kata-kata yang menyakitkan itu. Terkadang, menjadi bodoh akan lebih baik dibandingkan harus tahu semuanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN