Pertemuan 2

882 Kata
Diusapnya rambut lurus Najwa. Kasihan juga pada adiknya. Sering dibuli oleh teman-temannya. Untung Najwa gadis periang yang tidak peduli dengan ejekan. Makanya dia terus memompa semangat Najwa. Diajari berani dan mandiri. Sebab jika kakak-kakaknya sibuk dengan rutinitas masing-masing. Najwa harus berani sendiri. Les, mengaji, atau belajar kelompok. Ibu mereka hanya menyempatkan untuk mengantar dan menjemput sekolah saja. Apalagi kalau banyak pesanan, sama sekali tidak bisa di ganggu gugat. Ziyan pulang sekolah juga sore, jadi tidak bisa membantu menjemput adiknya. "Om tadi baik, Mbak. Aku nggak mau di antar tapi dia nemenin aku sampai gang depan." Najwa menceritakan saat ditolong oleh Aksara. "Kamu harus hati-hati. Ngerti!" "Hu um, Mbak. Aku juga nggak mau naik mobilnya tadi. Tapi dia sepertinya orang baik." "Ya, tapi kamu harus tetap hati-hati." Najwa mengangguk. Marisa sangat khawatir dengan keselamatan si bungsu ini. Apalagi sekarang lagi marak kasus traff!ck!ng. "Kalau sudah selesai, kamu tidur dulu sana. Biar besok nggak kesiangan. Ibu sudah tidur, kan?" "Sudah." Najwa turun dari dipan dan melangkah keluar sambil membawa bukunya. Marisa sendiri juga membaringkan tubuh. Lelah. Setelah pulang kerja langsung membantu ibunya menyiapkan pesanan untuk besok pagi. ***LS*** "Assalamu'alaikum." Terdengar suara salam dari pintu depan. Suara perempuan yang Aksara kenal. Aksara yang masih di kamar segera beranjak ke luar. Mbak Siti tidak ada di dapur, ibunya juga pamit belanja setelah menemaninya sarapan tadi. Terpaksa Aksara yang menemui gadis itu. "Wa'alaikumsalam," jawab Aksara yang disambut senyum oleh Hafsah yang telah rapi dengan seragam mengajarnya. "Mas, saya disuruh ibu untuk nganterin kue." Gadis yang tersipu itu mengangsurkan sekotak kue pada Aksara. "Oh, makasih, Mbak Hafsah. Kebetulan mama saya lagi belanja." "Iya, nggak apa-apa. Saya pamit dulu. Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam." Hafsah bergegas pergi menuju motornya yang terparkir di luar pagar. Aksara berbalik untuk meletakkan kue di dapur. "Mbak Siti, bilang ke mama kalau ini kue dari Bu Abdul," pesannya pada ART. "Mbak Hafsah yang nganterin ya, Mas? Saya intip dari samping rumah tadi," ujar Mbak Siti sambil tersenyum. "Cantik kan, Mas? Ibu sudah nggak sabar pengen Mas Aksa segera melamarnya. Ibu sering bilang gitu sama saya." Aksara hanya tersenyum datar menanggapi omongan Mbak Siti. "Habis lebaran nanti, ibu ingin melamar Mbak Hafsah." Kali ini Aksara terkejut. Bagaimana mungkin ibunya mengambil keputusan tanpa persetujuannya. Jujur saja Hafsah memang baik, cantik, dan saleha. Namun baginya, gadis itu pantas mendapatkan pria yang jauh lebih baik darinya. Lagi pula, mau ke mana bahtera rumah tangga akan berlabuh jika tak ada cinta di dalamnya. "Kapan mama bilang begitu, Mbak?" "Kemarin." Aksara diam sejenak lalu kembali ke kamar dan bersiap hendak berangkat ke Jember. Nanti sepulang dari mengurus pekerjaan, dia akan mengajak mamanya bicara. Jalanan dengan kebisingan kendaraan yang berjejalan dan asap yang mencemari kembali di tapaki Aksara. Namun ada hal ganjil yang ia lakukan pagi itu. Memperhatikan setiap penumpang angkutan umum yang lewat di dekat mobilnya. Berharap melihat lagi gadis itu. Konyol, tapi Aksara melakukannya. Hingga mobil terlepas dari kemacetan, apa yang dicarinya tidak ditemukan. Aksara tersenyum miring, senyum untuk hal baru yang baru saja ia lakukan. Ketika mobil hendak memasuki gerbang tol, ponsel di sebelahnya berdering. Segera dipakainya bluetooth earphone untuk menerima panggilan. "Aksara, jangan ke Jember dulu. Sebab besok pihak mereka akan datang ke Surabaya." Big bosnya memberitahu. "Siap, Pak!" jawab Aksara sambil mengambil celah untuk menepi. Untung saja dia belum masuk gerbang tol. Andai sudah terlanjur, untuk berpatah balik mesti berjalan jauh mencari jalur keluar dulu. ***LS*** Marisa bernapas lega karena beberapa hari ini jadwal Daniel sangat padat. Tidak ada waktu untuk mengacaukan harinya. Dia bisa bekerja dengan tenang. Apalagi hari ini terakhir masuk kerja. Libur dua hari membuatnya terasa bebas. Meski tiap pagi masih mendapatkan tatapan aneh laki-laki itu, tapi setidaknya tidak ada interaksi lama yang membuatnya cemas. Harapannya semoga Senin nanti Mbak Tari sudah bisa masuk kerja. "Ris, mau nggak nonton besok siang. Aku punya dua tiket dari kakakku. Dia batal nonton sama suaminya. Tapi kamu sibuk, nggak?" Marisa tersenyum semringah. Ini kesempatannya untuk refreshing. Sesibuk apapun di rumah, ibunya tak pernah melarang Marisa untuk jalan dengan teman-temannya. Terlebih dengan Ari yang sudah dikenalnya sangat baik. Sang ibu memahami kalau Marisa butuh hiburan setelah disibukkan dengan pekerjaan. "Nggak. Jam berapa besok?" "Jam satu siang. Kita ketemuan di Tunjungan Plaza." "Oke. Eh, tapi kamu ngajak Mas Yoyok, nggak?" Yoyok ini tunangannya Ari. "Enggak. Dia pulang dari Semarang masih minggu depan." "Okelah." ***LS*** Sabtu, jam sebelas siang Marisa dan Ari sudah ada di mall. Datang lebih awal sekalian untuk jalan-jalan. Meski tidak berbelanja, tapi cukup terhibur dengan barang yang dipajang manis di setiap etalase toko. Cuci mata istilahnya. Jam dua belas siang mereka makan bakso di foodcourt. Ketika tengah asyik makan, ada notifikasi masuk di ponsel Marisa. Pemberitahuan bahwa ada transferan masuk ke rekeningnya. Pengirimnya Daniel Dirgantara, S.E., M.M. Marisa terkejut dan gemetar. Angka fantastis itu ditunjukkannya pada Ari. Membuat gadis itu juga terbelalak kaget. "Gila, Ris. Pak Daniel mengirimimu uang sebanyak itu?" "Aku takut, Ar. Aku akan mengembalikannya hari Senin nanti." "Langsung transfer balik saja sekarang." "Nggak bisa. Nomer rekeningnya tidak tertulis lengkap di sini." "Kamu telepon dan tanyakan nomer rekeningnya. Bilang kalau kamu nolak pemberiannya. Dia pasti mau sesuatu darimu. Nggak ada pemberian yang gratis Ris untuk kasusmu dengan Pak Daniel." "Ini hari libur, aku takut ketahuan istrinya nanti." Di tengah kepanikan dua sahabat itu, tanpa mereka sadari ada sosok yang memperhatikan dari meja lain. * * *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN