Bab 2. Talak Aku!

1139 Kata
Happy Reading Dila melajukan mobilnya ke sebuah tempat, dengan menahan napas yang masih tersengal akibat menangis sampai sesenggukan. Gadis itu berhenti di sebuah tempat yang sepi. Masih menahan gemuruh di dadanya yang terasa amat nyeri. Dila keluar dari dalam mobil dan membanting pintunya kasar, seolah mengungkapkan kekesalan dan kekecewaan hatinya. "Hiks, hiks, huaaa!!" Akhirnya Dila tidak dapat menahan isak tangis yang sedari tadi memenuhi rongga dadanya. "Shaka bodoh, gila! Aku benci kamu! Aku benci!!!" Dila berteriak di tempat sepi itu, mengeluarkan semua yang dia simpan selama ini, rasa sakit karena tidak dianggap itu sudah biasa, bahkan Shaka tidak mau menyentuhnya juga hal biasa. Akan tetapi, sekarang apa yang dia lihat, sebuah perselingkuhan yang dilakukan suaminya itu sungguh tidak bisa dia tahan. Lelah sudah hatinya mempertahankan cinta yang semu itu, tidak ada balasan cinta dari Shaka bahkan Dila pun menerimanya, tetapi kalau menyangkut masalah pengkhianatan dan perselingkuhan Dila sudah tidak tahan. Gadis itu memukul dadanya berkali-kali menghilangkan rasa sesak yang sedari tadi bercokol di hatinya. "Sebaiknya ku lepaskan cinta ini, kalau kamu memang tidak bahagia bersamaku Shaka!" Dila menghapus air matanya dengan kasar. Berusaha menghirup napasnya perlahan dan menghembuskannya kembali. Mungkin jalan satu-satunya adalah perceraian. Sedangkan di perusahaan Mahendra Grup. Ferdy masuk ke dalam ruangan CEO itu dengan mata menatap sekeliling, dia melihat Sophia yang duduk di sofa dan Shaka masih duduk di tempatnya. Tidak ada baju yang berantakan maupun tanda kissmark di leher mereka. Semuanya masih rapi dan tidak ada tanda bekas percintaan di tempat itu. Asisten pribadi Shaka itu memutar bola matanya malas, dia tahu kalau semua itu hanyalah akting bos dan sekretarisnya. "Apa kamu benar-benar melakukan hal ini bos, aku merasa kasihan dengan Dila, suara kalian benar-benar membuat telingaku panas, apalagi dengan istrimu itu yang mendengarnya langsung, ku rasa dia bisa bunuh diri," ucap Ferdy duduk di samping Sophia dan merangkul bahu wanita itu. Shaka berdecak. "Aku memang sengaja melakukannya agar Dila bisa menyadari bahwa aku tidak pantas untuknya, biarkan dia menganggapku telah berselingkuh, pasti tidak akan sulit untuknya melepaskanku," jawab Shaka memandang ponselnya. "Bagaimana sayang, aktingku tadi bagus, kan?" ucap Shopia pada Ferdy dengan senyum menggoda. "Bagus sekali, bahkan seperti nyata seakan kalian memang sedang bercinta saja," jawab Ferdy. Sophia bergelayut manja di lengan Ferdy sambil memainkan dasi pria tersebut. "Cih, kalau mau berpacaran jangan di ruangan ku, cepat pergi keluar," seru Shaka menatap kedua pasangan itu malas. "Siapa juga yang pacaran bos, kita itu hanya pasangan yang saling membutuhkan dan menguntungkan saja," jawab Ferdy cuek. Sophia yang mendengar hal itu langsung menarik dasi Ferdy hingga lehernya tercekik. "Aakk ... sayang lepaskan, aku hanya bercanda!" "Kalau hanya mau keuntungan dariku, baiklah! Malam ini jangan minta jatah!!" seru Sophia langsung berdiri dan pergi dari ruangan atasannya itu. Ferdy mengusap lehernya dan menggerutu, memang tidak pernah ada kata komitmen di antara mereka berdua. Ferdy dan Sophia hanya terbiasa pergi bersama hingga mereka bisa sedekat itu. "Bos, apa beneran kamu tidak mempunyai perasaan terhadap Dila? Sebenarnya dia itu sangat baik dan poin plusnya cantik, tapi sayangnya dia tidak bisa berdandan," ucap Ferdy yang sudah duduk di hadapan Shaka. Shaka berdecak lagi, Dila memang tidak pernah mau berdandan. Padahal kalau saja dia mau berpoles make up sedikit saja pasti banyak yang menyukainya. "Aku memang tidak mencintainya, biarkan dia mencari cinta yang lain dan mendapatkan pria yang lebih baik dariku," jawab Shaka. "Apalagi kakek sudah memberikan perusahaannya padaku. Memang itulah yang ku inginkan selama ini untuk menikahi Dila. Misiku sudah selesai dan aku harus melepaskannya." Semalam janji kakeknya sudah dipenuhi dan memberikan perusahaannya pada Shaka karena perusahaan yang di bangun ayahnya telah diurus oleh kakaknya–Danio. "Nanti kamu menyesal loh bos, jarang sekali di jaman sekarang ada gadis yang masih polos begitu, kalau boleh biar untukku saja," ucap Ferdy dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Shaka. "Aku tidak akan pernah menyesal, ini sudah menjadi keputusanku dan jangan coba-coba untuk mendekatinya! Kalau hal itu terjadi, akan ku potong gajimu bulan depan sebesar Lima puluh persen!" "Kalem dong bos, aku juga tidak akan mengganggunya, mana mau dia sama aku." Ferdy terkekeh. "Tapi apa maksudnya kamu tidak rela jika Dila ku dekati? Apa kamu cemburu? Kamu suka sama dia, bos?" "Aku tidak menyukainya, hanya saja aku akan merasa kasihan kalau Dila mendapatkan pria sepertimu," jawab Shaka berdiri dari duduknya dan pergi ke arah pintu. Dia keluar dari ruangannya diikuti oleh Ferdy. "Aku tahu bos sebenarnya kamu mulai memiliki perasaan terhadap istrimu itu," batin Ferdy menatap punggung bosnya. Malam harinya. Dila masih betah berada di dalam mobilnya yang dia parkir di halaman rumah, gadis itu menunggu Shaka yang tidak kunjung pulang. Keputusannya sudah bulat. Dia harus mengatakannya malam ini juga. "Apa mereka sering melakukan hal itu dan menghabiskan malam bersama?" batin Dila mengingat bagaimana perselingkuhan Shaka di kantor tadi siang. Dila menghela napas, sudah lebih dari satu jam dia menunggu Shaka. Dila sudah mengemasi barang-barangnya tadi dan sudah dia bawa ke rumah bibinya. Dia akan pergi dari rumah itu malam ini, tetapi sebelumnya ada yang harus dia katakan pada suaminya. Gadis itu keluar dari dalam mobil dan akan menunggu Shaka di dalam rumah. Tiba-tiba mobil Shaka muncul membuat langkah Dila terhenti. Shaka keluar dari dalam mobil dan melihat istrinya itu berdiri tidak jauh dari mobilnya. Ya, Shaka memang sudah memberikan mobil itu untuk Dila. "Mas, aku ingin bicara," ucap Dila menatap Shaka yang masih memakai kemeja yang sama seperti pagi tadi. "Masuklah dulu, kita bicara di dalam," jawab Shaka melangkah masuk ke dalam rumah melewati Dila. Tetapi lengannya ditahan oleh sang istri. "Aku hanya ingin mengatakan padamu bahwa aku minta cerai. Maaf Shaka, aku sudah lelah dan tidak kuat hidup bersamamu lagi. Talak aku malam ini juga dan segera urus perceraian kita. Kalau kamu sibuk, aku yang akan mengurusnya dan mulai malam ini aku akan tinggal di rumah bibiku," ucap Dila menahan sesak di dadanya. Biarlah dia merasakan sakit untuk saat ini, pasti dia akan bisa melupakan semuanya berjalan seiring waktu. Dila merasa jika dia harus bahagia. Orang tuanya tinggal di Jakarta dan hanya bibinya yang tinggal di Jogja. Shaka menatap wajah sembab Dila, sebenarnya dia juga merasa tidak tega melihat Dila yang seperti ini, tetapi dia memang harus tegas dalam mengambil keputusan hatinya. "Baiklah Dila, kalau memang kamu sudah tidak mampu bertahan lagi, aku akan mengabulkan keinginanmu itu," jawab Shaka. "Mulai detik ini, aku talak kamu Adila Zivanna Malik Baihaqi. Sekarang kamu bukan istriku lagi!" Sekuat-kuatnya Dila bertahan, nyatanya dia merasakan nyeri yang luar biasa saat Shaka mengatakan hal tersebut. Namun, dia tahu jika keputusan ini yang terbaik. Dila tersenyum dengan airmata yang mengalir di pipinya. "Terima kasih, maaf jika selama menjadi istrimu aku masih belum mampu membuatmu bahagia. Selamat tinggal Shaka!" Shaka terkejut dengan ucapan Dila yang mengucapkan selamat tinggal, kenapa ada rasa yang aneh di hatinya. Apalagi setelah melihat Dila yang masuk ke dalam mobil dengan bahu bergetar. Ada rasa bersalah yang besar menghantui pikirannya. "Aku tahu ini yang terbaik!" Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN