Bab 3. Bertemu kembali dengan mantan

1275 Kata
Happy Reading Dila berjalan keluar dari gedung pengadilan agama. Dengan memakai kacamata hitamnya untuk menyembunyikan matanya yang sembab. Dengan langkah kaki yang terasa ringan, ia pun masuk ke dalam mobilnya. Dila mengambil napas dalam-dalam sebelum menyalakan mobilnya. "Mudah-mudahan ini adalah keputusan yang terbaik," gumam wanita itu. Dila baru saja menyerahkan berkas-berkas perceraian karena Shaka sama sekali tidak bergerak padahal dia sudah ditalak. Akhirnya Dila turun tangan dengan menggugat cerai suaminya itu. Shaka sama sekali tidak peduli dengan perpisahan mereka, entah kenapa bahkan di saat dia minta perpisahan, Shaka masih saja bersikap sama. *** Dua bulan kemudian. Sidang keputusan perceraian Dila dan Shaka baru saja berakhir. Sampai beberapa kali sidang keduanya tidak menghadiri dan hanya diwakili oleh pengacara masing-masing. Di perusahaan Mahendra Grup. Jam menunjukkan pukul 4 sore. Shaka memandang amplop berwarna coklat di atas mejanya dengan tatapan yang sulit diartikan, siang tadi dia menerima amplop yang belum dibukanya sampai sekarang dari pengacaranya. Shaka sudah tahu apa yang ada di dalamnya. Surat perceraiannya dengan Dila yang diberikan Brama–pengacaranya tadi siang. Akhirnya dia sudah resmi menduda. Mungkin itu adalah keputusan terbaik bagi pernikahan mereka. Shaka menghembuskan napasnya kasar, sepertinya dia sudah merasa lega karena telah bercerai dari Dila, tetapi di sudut hatinya yang paling dalam pria itu merasa kehilangan. "Kenapa hatiku merasa sedih? Agrh, apa yang aku pikirkan!" gumam Shaka mengacak rambutnya. Shaka memilih berjalan keluar dari ruangannya dan langsung pergi meninggalkan perusahaan dengan membawa mobilnya ke suatu tempat. *** Lima tahun kemudian. Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun sudah dijalani oleh Dila dengan perasaan yang lebih baik. Bahkan sekarang dia sudah resmi di angkat sebagai Asisten pribadi sekaligus sekretaris Direktur utama perusahaan SK Grup. Kehidupan Dila juga semakin berwarna, punya banyak pengalaman dan teman yang banyak, menjadi pribadi yang semakin kuat dan bisa mengendalikan diri dengan baik. Penampilannya juga sudah jauh berbeda, Dila yang dulu hanya suka berpenampilan santai tanpa suka memakai make up, berbanding terbalik seratus delapan puluh derajat. Saat ini Dila selalu menjaga penampilan, selalu tampil sempurna kalau pergi kemana-mana, semua itu juga bukan hal mudah untuk bisa merubah Dila menjadi wanita yang lebih feminim. Rambut Dila sudah dipangkas menjadi sebahu. Sungguh bukan seperti Dila yang dulu. Dalam tekad wanita itu, Dila yang dulu sudah mati dan lahir kembali Dila yang baru dengan penampilan lebih cantik dan berkelas. "Hai sweety, apa kamu sudah siap?" seru sebuah suara yang tidak lain adalah Dika–sahabat sekaligus atasannya. Pria itu berjalan mendekati Dila yang sedang sibuk merapikan penampilannya. "Udah siap, yuk!" "Sebentar lagi kita akan bertemu dengan CEO dari Mahendra Grup," ujar Dika menatap Dila dengan tatapan memuja. Pria itu sudah lama menaruh hati pada sang sekretaris, tetapi sepertinya Dila masih menutup pintu hatinya. Dila tampak menghela napas, semenjak Dika mengatakan bahwa mereka akan mengadakan kerjasama dengan perusahaan yang sangat familiar di telinga, hatinya merasa tidak karuan. Bisa dipastikan apa yang ada dipikirannya memang benar. Itu adalah perusahaan mantan suaminya. Sempat merasa gugup dan tidak percaya diri, bahkan beberapa hari yang lalu saat Dika memberitahu nama CEO Mahendra Grup, Dila sempat gelisah, hampir tidak bisa tidur karena dia akan bertemu dengan mantan suaminya yang bahkan sampai sekarang masih ada setitik rasa yang tersimpan di lubuk hatinya yang paling dalam. Meskipun saat ini wanita itu juga mengetahui bahwa Shaka telah bertunangan dengan sekretarisnya sendiri yang bernama Anita. Dila berusaha menyingkirkan semua pikiran dan perasaan gugup itu. "Tentu saja presdir, aku siap dan akan kupastikan kita bisa mendapatkan kerja sama itu malam ini juga," jawab Dila mantap. Dika memang mengetahui bahwa Dila pernah menikah dan hanya sebentar, tetapi pria itu tidak tahu siapa suaminya Dila. Dengan langkah yang tegas dan percaya diri, Dila masuk ke dalam sebuah ruangan yang sudah dipesan untuk mengadakan pertemuan itu bersama Dika. Kaki Dila berhenti dan jantungnya berdebar kencang. Dia melihat sosok pria yang yang sedang duduk ditemani oleh wanita cantik di sampingnya, tidak bisa dipungkiri bahwa Dila merasa jantungnya berdegup lebih cepat dua kali lipat saat ini. Apakah dia benar-benar akan siap bertemu lagi dengan pria yang sudah Lima tahun ini dia hindari? Tentu Dila akan bersikap sangat profesional. Shaka masih belum melihat ke arah Dila yang sedang berjalan ke arahnya, pria itu masih asyik berbincang dengan tunangannya sekaligus sekretaris pribadinya itu. Langkah Dila dan Dika berhenti tepat di depan meja. "Selamat malam tuan Shaka dan nona Anita," sapa Dika kepada rekan kerjanya itu. Sontak Shaka langsung mendongak dan menatap dua orang di depannya. Mata Shaka langsung menatap Dila dan begitupun sebaliknya dalam waktu beberapa detik, seakan mata mereka terkunci satu sama lain. "Ini sekretaris saya, Dila." Dika memperkenalkan sekretarisnya pada Shaka dan Anita. Dila kemudian tersenyum tipis menatap mantan suaminya yang sepertinya terlihat semakin baik setelah tidak bertemu lima tahun ini. Sedangkan tubuh Shaka masih menegang, tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaannya melihat wanita yang pernah ada di dalam kehidupannya saat ini berada di hadapannya dengan tampilan yang berbeda. Jantung Shaka tidak bisa mengontrol seluruh tubuh dan otaknya ketika melihat Dila yang begitu cantik, menawan, dan mempesona. Bahkan dengan dress berwarna hitam itu Dila tampak sangat cantik dan seksi. Seakan dunia Shaka berhenti, serasa hanya ada mereka berdua di sana, pria yang biasanya selalu bisa menguasai keadaan dengan setiap lawan maupun rekan kerjanya itu tiba-tiba tidak bisa mengontrol hatinya yang tiba-tiba merasakan sebuah perasaan aneh. Sampai Dika dan Anita berkali-kali memanggilnya pun tidak dia dengar. "Dila," gumam Shaka lirih. Dila tersenyum sambil mengulurkan tangannya. "Selamat malam tuan Shaka, senang bertemu dengan Anda," ucap Dila berhasil menyadarkan Shaka dari rasa terkejutnya. "Ehemm!" Shaka berdehem sebentar dan kemudian dia menjabat tangan Dila. "Selamat malam nona Adila Zivanna Malik," jawab Shaka masih terus menatap mantan istrinya itu. Anita dan Dika tentu saja merasa ada hal yang aneh ketika Shaka menyebutkan nama lengkap Dila. Sedangkan Dila lebih merasa tidak nyaman lagi ketika jabatan tangan itu tidak dilepaskan oleh Shaka. "Tuan Shaka, apa kabar?" ucap Dika ketika melihat Shaka bersikap seolah-olah dia memiliki ketertarikan kepada sekretarisnya. Shaka langsung melepaskan jabatan tangannya dan beralih menatap Dika dengan tatapan datar. "Kabar saya baik, tuan Dika. Silahkan duduk." Dika dan Dila duduk di depan Shaka dan Anita. Dila menatap Anita yang malam ini memakai kemeja berwarna peach. Terlihat cantik sekali di mata Dila. Anita berusaha tersenyum dan menyambut Dika dan Dila, setelah itu mereka saling menatap dengan keadaan canggung. "Apa kabar Dila?" tanya Shaka yang masih berfokus kepada mantan istrinya itu. Dila tentu saja terkejut dengan sikap Shaka yang terlihat sangat lembut, berbeda sekali dengan Shaka yang dulu. Padahal dia berharap bahwa Shaka berpura-pura tidak mengenalnya saja. Bisa dipastikan dia akan mendapatkan banyak pertanyaan dari Dika setelah ini. "Apa kamu mengenal nona Dila, sayang?" tanya Anita yang sedari tadi menahan keingintahuannya. Dila sudah meremas dress yang di pakainya, berharap bahwa Shaka tidak membongkar tentang masa lalu mereka. "Kami pernah bertemu sebelumnya," jawab Dila sebelum Shaka menjawabnya. "Oh, jadi Dila dan tuan Shaka pernah bertemu, pantas saja kalian seperti sudah saling mengenal satu sama lain," ucap Dika tergelak. Susana yang tadinya canggung itu bisa sedikit mencair. Anita juga merasa lega, sepertinya memang benar apa yang di katakan Dila bahwa tunangannya dan wanita itu pernah bertemu. Anita belum pernah melihat raut wajah Shaka yang seperti ini, sumringah dan matanya berbinar. "Eghem, ya betul. Kami pernah bertemu sebelumnya," ujar Shaka mengikuti permainan Dila padahal dia tadi sudah akan menjawab jika Dila adalah mantan istrinya. Dila menghela napas, masih berusaha mengontrol detak jantungnya, bukan karena masih mencintai Shaka, melainkan gugup karena harus bekerja sama dengan mantan suaminya. Bisa dipastikan setelah ini mereka pasti akan sering bertemu. "Jangan sampai status kalian bisa berpengaruh buruk pada bisnis dan kerjasama ini," batin Dila. "Jadi, dimana kamu bertemu dengan nona Dila, sayang?" tanya Anita menatap Shaka. Sepertinya wanita itu masih penasaran. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN