BAB 3

1269 Kata
Sementara itu di dalam elevator, Zoe sudah tenang dan menyerah. Ia sadar tidak ada yang bisa ia lakukan untuk keluar dari kotak kecil itu. Tetapi ia tidak terbiasa berdiam diri saja saat suasana hatinya tengah tidak tenang. Pada akhirnya ia berdiri sejajar dengan Tyler menghadap langsung pada pintu lift, menatap bayangan samar dirinya dan juga Tyler. “Aku Zoe. Hanya seorang pesuruh yang sepanjang hari hanya membersihkan gedung. Dan kau?” , celetuk Zoe, mencoba untuk membuat suasana yang tidak nyaman itu menjadi lebih berwarna dengan pembicaraan kecil. Tyler menyunggingkan bibirnya ke atas, “Apa kau benar-benar tidak tahu siapa aku?” , tanya Tyler menoleh pada Zoe yang tinggi badannya tidak lebih dari bahunya. Zoe mengulum kedua bibirnya ke dalam dan berpikir sejenak, “Sebenarnya ada satu hal yang tidak seharusnya aku ceritakan pada orang lain. Tetapi karena kau sepertinya orang yang baik, maka aku akan menceritakannya padamu.” “Cerita soal apa?” “Cerita soal aku dan mengenai alasan mengapa aku tidak tahu siapa dirimu.” Steve mengangguk pelan dan tidak membalas apapun, sebagai tanda bahwa ia tidak keberatan untuk mendengarkan. “Sebenarnya aku tidak benar-benar bekerja di perusahaan ini,” , ungkap Zoe, “Aku hanya menggantikan temanku yang sebenarnya bekerja di sini. Di terpaksa cuti hamil dan melahirkan, jadi aku menggantikannya. Lihat? Aku bahkan memakai baju miliknya, haha.” , lanjutnya sambil menunjukan nama yang tertera pada seragam birunya yang terlihat sedikit kebesaran di tubuhnya. “Orang-orang tidak ada yang menyadarinya. Mereka benar-benar tidak peduli pada orang seperti kami, bukan? Hahaha.” , pungkas Zoe dengan tawa ringan. Tyler benar-benar tidak bisa membedakan apakah itu suara tawa seseorang yang merasa bangga karena berhasil bertahan atau tawa pahit dari seseorang yang terbiasa dipandang rendah oleh orang lain. “Jadi sebenarnya tadi aku memohon dengan tulus padamu. Aku tidak bisa kehilangan pekerjaan ini, sebab itu artinya temanku akan kehilangan pekerjaannya juga, sedangkan ia punya dua anak yang harus dinafkahi. Ya benar, dia single mom. Suaminya meninggal karena suatu kecelakaan di tempat kerjanya.” “Jadi.. Apa kau sekarang juga menceritakan tentang kehidupan temanmu padaku juga?” , sela Tyler. “Bukan begitu. Maksudku, aku meminta bantuanmu untuk tidak mengadukanku kepada bos besar perusahaan ini.” “Apa kau pernah bertemu dengan pimpinan perusahaan ini sebelumnya?” , tanya Tyler dengan sengaja. Zoe menggeleng tanpa ragu, “Sebenarnya aku bahkan belum pernah mendengar namanya sekalipun. Well.. Satu-satunya orang yang aku tahu dan aku kenal di perusahaan ini hanyalah kepala bagian kebersihan. Hahahaha.” Tanpa sadar, tawa yang keluar dari mulut Zoe menular pada Tyler dan membuatnya terkekeh kecil, “Lalu, apa kau pernah mendengar tentang dirinya? Atau mungkin kau punya pandanganmu sendiri tentang pimpinan perusahaan ini?” , tanya Tyler tiba-tiba saja tertarik dengan pandangan orang lain mengenai dirinya. “Hmmm.. Aku sendiri tidak begitu yakin.” , ungkap Zoe, “Dari pengamatanku, kupikir pemilik perusahaan ini orang yang baik. Dia memberikan bonus pada mereka yang lembur dan tiap hari Jum’at pasti ada makan siang gratis dari perusahaan untuk semua pekerjanya, meskipun itu adalah tukang bersih-bersih.” Tanpa sadar Tyler membusungkan dadanya, dan tersenyum dengan mata terpejam mencoba menikmati semua pujian dan hal-hal baik tentang dirinya. “Tapi aku sendiri tidak yakin apakah dia melakukan itu dengan tulus atau hanya untuk menutupi sesuatu yang lain.” , lanjut Zoe yang langsung memutar keadaan begitu saja. Terlihat dahi Tyler mengerut samar begitu mendengar plot-twist dari pendapat yang Zoe ungkapkan padanya. Matanya langsung terbuka dan menatap langsung pada Zoe. “Apa maksudmu dengan menutupi sesuatu yang lain?” “Ya.. Kau tahu, sesuatu yang mungkin tidak seharusnya sebuah perusahaan parfum lakukan. Yah, pokoknya sesuatu seperti itu. Apa kau tidak pernah mendengarnya?” “Tidak. Ini pertama kalinya aku mendengar konspirasi bodoh seperti itu.” , komentar Tyler tanpa ragu, “Apa kau tidak pernah mendapatkan perlakuan baik dari orang-orang? Mengapa pandanganmu pada orang lain begitu curam?” “Curam? Tidak juga. Aku hanya terlalu banyak terdoktrin tayangan drama konspirasi sewaktu aku kecil dulu.” Hampir saja Tyler tertawa mendengar pengakuan Zoe, namun tangannya dengan sigap menutup mulutnya dan langsung menurunkannya kembali. “Kau masih belum mengatakan siapa namamu.” “Ah iya kau benar.” , tukas Tyler, “Tetapi sebelum itu aku ingin mendengar pendapat dramatismu mengenai aku. Aku pikir itu akan cukup menyenangkan untuk membunuh waktu yang terasa lambat di dalam sini.” “Hmmm..” , Zoe mulai menyelidiki penampilan Tyler dari ujung rambut sampai ujung kaki, “Jika dilihat dari pertanyaan yang beberapa kali kau tujukan padaku, sepertinya kau orang yang cukup dikenal banyak orang di perusahaan. Itu sebabnya kau terlihat heran saat aku tidak tahu siapa kau.” Tyler menganggukan kepalanya samar, “Masuk akal. Lalu?” Sebelum melanjutkan kalimatnya, Zoe menatap langsung pada mata abu-abu Tyler untuk mencari suatu petunjuk yang mungkin bisa ia dapatkan. Sesaat Zoe hampir kehilangan tujuannya dan tenggelam pada tatapan teduhnya. “Sekretarisnya? Ya, dari penampilanmu seperti sekretaris atau mungkin pengacaranya. Tidak jauh dari itu.” Tyler terkesiap. Matanya berkedip beberapa kali dengan cepat. “Tebakanku benar, bukan?” Sungguh Tyler tidak tahu apa yang harus ia lakukan pada Zoe. Sudah bekerja di perusahaannya dengan ilegal dan bahkan tidak mengenali siapa bosnya. Dan lagi, Tyler tidak mengerti mengapa Zoe begitu lucu. Semua respon dan ekspresi yang ditunjukkan padanya selalu sukses menghiburnya, meskipun ini adalah kali pertamanya ia bertemu dengan Zoe. Tiba-tiba saja ia teringat pada adik kecilnya yang sudah meninggal saat Tyler masih berusia 10 tahun, dan ia baru menyadari wanita di hadapannya ini terlihat mirip dengan adiknya. Ia bertanya-tanya, mungkinkah adiknya akan terlihat seperti Zoe ketika dewasa. Adik kecilnya begitu manis dan lugu, tentu saja Tyler sangat menyayanginya. Tetapi nasib malang masih bersama dengan keluarga mereka pada saat itu. Tiba-tiba saja mata Tyler berkaca-kaca saat menatap wajah Zoe. Dalam pandangannya ia sedang menatap adiknya. Tanpa sadar kedua tangannya bergerak dan menangkup wajah mungil Zoe dan ia tersenyum. Seakan terhipnotis, Zoe mematung di tempatnya berdiri dan tidak memiliki daya untuk menangkis ataupun mundur menjauh. Matanya terkunci pada manik Tyler dan hati kecilnya bertanya-tanya apa yang membuat kedua manik itu berkaca-kaca penuh kesedihan meskipun sang bibir menunjukan sebuah simpul senyum. Mata mereka bertemu satu sama lain. Sekuat apapun batin Hazel berusaha mengalihkan pandangannya, pupil matanya tidak bergerak seakan-akan telah terkunci oleh tatapan Tyler. Alih-alih perasaan berdegup gugup, Zoe merasa bingung mengapa pria dengan jas rapi di hadapannya menangkup wajahnya. “A-ada apa?--” , tanya Zoe dengan gugup mencoba menyadarkan Tyler. Alih-alih melepaskan, Tyler kini malah menarik tubuh Zoe dan mendekapnya secara tiba-tiba, membuat Zoe semakin membelalak terkejut. “Kalian yang di dalam! Menyingkirlah!” , ujar Steve yang sudah siap dengan linggis besar di tangannya bersiap untuk membobol pintu besi tebal di hadapannya. Mendengar ada suara orang lain di luar elevator, segera menyadarkan Zoe dan ia sudah mengambil alih gerak tubuhnya. “H-hei..! L-lepaskan–” , Zoe mencoba melepaskan diri dari dekapan Tyler, tetapi semakin Zoe memberontak, dekapan Tyler semakin erat. “Tunggu, Sheryl! S-sebentar saja! Aku sangat merindukanmu..” , ujar Tyler masih menganggap Zoe adalah adik kecilnya yang sudah tiada. Mendengar nama orang lain yang disebutkan oleh Tyler, membuat Zoe sadar bahwa pria di hadapannya ini sedang tidak dalam keadaan yang baik. “K-kau salah orang! Aku bukan Sheryl!” , pekik Zoe dengan sekuat tenaga mendorong mundur Tyler hingga keduanya menjauh satu sama lain. Di saat yang bersamaan terdengar suara besi dibengkokan dan cahaya lain masuk melalui celah garis tipis dari pintu elevator hingga akhirnya pintu besi itu benar-benar terbuka. Tyler, Zoe, dan Steve saling melempar pandangan satu sama lain. Terlebih lagi Steve yang terheran-heran begitu melihat penampilan Tyler dan Zoe yang bajunya agak berantakan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN