Diva menggoyangkan kakinya dengan bosan. Berada satu jam lebih di ruang kerja pria itu nyatanya sedikitpun tak menyenangkan. Bagaimana tidak jika pria itu hanya fokus pada lembaran kertas di meja atau sesekali melirik laptopnya. Padahal sejak tadi wanita itu sudah berusaha untuk membuka obrolan agar ia bisa menarik sedikit saja perhatian pria itu. Tapi nyatanya hingga kini tidak ada satu patah katapun yang keluar dari bibir Abas yang menurut Diva begitu tajam namun seksi itu. Suara ketukan di pintu akhirnya mampu mengalihkan fokus pria duda itu yang kini meletakkan bolpoin miliknya saat sang sekretaris berjalan anggun memasuki ruangan. "Ada apa?" tanya pria itu datar. "Ada yang menitipkan bekal makanan untuk anda," jawab wanita itu sembari meletakkan sebuah paper bag di atas meja. "Sia

