Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Masih berada di ruangan penuh bunga, Gissel dan Paul histeris saat Leo seenaknya berprasangka bahwa mereka berdua pernah melakukan hubungan badan hanya karena gadis keriting itu mengatakan bahwa rahimnya diobrak-abrik. Leo hanya menyimpulkan sesuatu yang ada di pikirannya dan segera melontarkannya pada mereka berdua, tapi dia terkejut karena sepertinya itu adalah sebuah kesalahpahaman. Namun, Leo tersenyum untuk berpura-pura pada mereka bahwa dirinya masih salah paham. “Ada apa? Aku tidak salah, kan?” cibir Leo, menggaruk lehernya dengan santai. “Dari perkataanmu saja,” Leo menyudutkan pandangannya pada Gissel. “Kau jelas-jelas bilang bahwa rahimmu diobrak-abrik oleh Paul, lantas jika bukan b*********a, kalian melakukan apa?” “TUTUP MULUTMU! k*****t!” raung Paul dengan mengatur napas